Eggi Sudjana: Indonesia Berdasar Ketuhanan yang Maha Esa, Hukum Islam Harus Berlaku
Jakarta (SI Online) – Advokat senior Eggi Sudjana menilai, warna agama dalam konstitusi berhasil dimasukkan melalui perjuangan dakwah oleh para pendahulu bangsa, mulai dari masuknya Islam ke Indonesia hingga diteruskan oleh tokoh Masyumi, seperti Mohammad Natsir. Hal ini dibuktikan dengan kentalnya nilai Tauhid dalam pembukaan UUD 1945.
“Isi dan substansi dari UUD itu sendiri dan bermakna Tauhid. Maka, saya berani berargumentasi bahwa Indonesia satu-satunya negara yang berdasarkan Tuhan yang Maha Esa,” kata Eggi dalam Kajian Pemikiran Islam (KPI) di Masjid Baiturrahman, Tebet, Jakarta, Kamis (19/9).
Eggi menjelaskan, pada pasal 29 Ayat 1 UUD 1945 bahwa Republik Indonesia berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Maka, secara sosiologis Indonesia sudah bersandar pada Allah SWT.
“Di alinea ketiga disebutkan, berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa, ini artinya otoritas Allah sebagai Rabb, bukan hanya pencipta tapi juga pemelihara, pembuat hukum. Jadi praktisnya aturan Allah harus dipakai, namanya hukum Islam.” tuturnya.
Para pendiri bangsa, kata Eggi, adalah orang-orang cerdas menempatkan Ketuhanan yang Maha Esa sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehingga, konsekuensi logisnya adalah hukum Islam harus berlaku.
“Nah, setelah diamandemen Pasal 5 Ayat 1 dipindah ke Pasal 20 dan 21, tapi substansi tetap sama bahwa pembuat undang-undang adalah presiden bersama DPR. Jadi mereka yang paling bertanggungjawab dalam pembuatan undang-undang,” katanya.
Namun, kata Eggi, sejak 74 tahun kemerdekaan Indonesia, tidak ada presiden yang menjalankan syariat Islam secara utuh, bahkan piagam Jakarta itu dihapuskan. Meski demikian, beberapa undang-undang merupakan kodifikasi dari hukum Islam. Seperti UU Perkawinan, UU Haji, UU Zakat, dan UU Wakaf.
“Harusnya, negara Indonesia diciptakan untuk memberlakukan hukum Allah. Kalau ada yang bilang Eggi Sudjana radikal dan dituduh macam-macam, saya tidak masalah karena ini perintah Allah,” ujar dia.
Eggi menjelaskan hal ini sebagai introspeksi bersama, khususnya untuk generasi muda agar paham bahwa Indonesia merdeka berkat rahmat Allah. “Setiap pekan khotib selalu mengingatkan ayat takwa, bagaimana pertanggungjawaban kita nanti kepada Allah kalau tidak memperjuangkan hukum Allah,” tandasnya.
red: adhila