Jakarta tak Boleh Maju di Tangan Anies
Jakarta berkembang jauh lebih pesat dari yang diperkirakan banyak orang. 23 janji kampanye Anies Baswedan-Sandiaga Uno untuk selama satu periode (5 tahun) sebagian besar telah dilunasi hanya dalam waktu dua tahun saja.
Puluhan taman kota telah direvitalisasi menjadi jauh lebih cantik, lebih hijau dan tentu saja lebih tertata. Belum lagi puluhan taman lainnya yang hanya tadinya tanah kosong tak terawat, diubah menjadi taman-taman bermain bagi warga di berbagai sudut kota.
Anies bekerja dengan mengagumkan, trotoar jalan-jalan di Jakarta menjadi mempesona. Tak hanya Sudirman- Thamrin, tapi juga ke berbagai wilayah lainnya. Sepanjang Jalan Kramat Raya sampai dengan Matraman hampir selesai penataan trotoar menyusul Cikini Raya dan Kemang Raya yang kini menjadi indah dan nyaman.
Belum lagi ruang-ruang publik yang tak hanya menjadi tempat berkumpulnya warga sepulang dari kantor tapi sekaligus menjadi ajang ekspresi berkesenian.
Dalam tiga tahun ke depan seluruh trotoar jalan di Jakarta akan dibenahi menjadi nyaman bagi pejalan kaki dan tertata dengan baik.
Jakarta menjadi lebih hijau dan asri, lebih 36 ribu pohon dan lebih dari satu juta semak telah ditanam selama tahun 2019.
Dalam waktu dua tahun perjalanan Anies menjadi gubernur, telah lebih dari 40 penghargaan diraih baik dari dalam maupun luar negeri.
Sepanjang Jakarta memiliki gubernur belum pernah ada satu pun gubernur yang selalu diganggu kerjanya setiap saat kecuali Anies. Beragam cara dilakukan kaum liberal udik berotak dikit, untuk menghalangi (menggagalkan) kinerja Pemprov DKI Jakarta dengan tujuan semata-mata agar Anies gagal dalam membangun Jakarta.
Tanpa kepedulian sedikit pun pada warga Jakarta yang akan dirugikan secara langsung bila program-program Pemprov DKI terhambat. Namun Anies mampu melewatinya dengan baik dan memberikan bukti dengan karya nyata.
Transportasi umum terintegrasi dan dalam waktu dua tahun mengalami kenaikan penumpang ratusan kali lipat, sangat jauh angkanya dibanding pada zaman gubernur sebelumnya. (Datanya terpampang dan dengan mudah bisa didapat.)
Hanya orang dungu bin bahlul yang mengatakan Anies tak bisa kerja seperti bebalnya pernyataan anak-anak PSI yang mengaku sebagai partai anak muda tapi luar biasa oportunis dan maksimal kedunguannya.
Sepanjang tahun inflasi Jakarta adalah terendah di seluruh Jawa dan Bali, penurunan angka kemiskinan mencapai titik tertinggi di masa Anies. Stabilitas harga bahan pokok bagi kalangan tak mampu tetap terjaga, bagi para pemilik kartu KJP Plus. Para lansia dan penyandang disabilitas mendapat santunan dan berlangsung dengan seksama.
Namun gangguan demi gangguan yang tadinya hanya melalui medsos kini sudah sampai dengan menggunakan cara-cara kekuasaan. Revitalisasi Monas yang tentu saja akan lebih hijau dan lebih tertata.
Bila Anda tidak terlalu tolol pasti bisa melihat desain rencana penataan yang dihasilkan melalui partisipasi publik melalui sayembara. Revitalisasi itu dengan beragam cara dan mencari-cari alasan berusaha untuk dihentikan yang katanya untuk sementara.
Ada banyak lagi program Pemprov DKI yang sangat mungkin juga akan mengalami gangguan di kemudian hari dan diusahakan agar berhenti di tengah jalan.
Pembangunan Jakarta International Stadium, Revitalisasi Taman Ismail Marzuki, dan Pembangunan ITF (Pengelolaan sampah) besar kemungkinan bila ada peluang untuk membuat terhenti didapatkan maka nasibnya akan seperti revitalisasi Monas.
Masyarakat Jakarta seperti dihadang untuk mendapatkan berbagai fasilitas yang sedang dibangun oleh Anies. Semua itu semata-mata karena dendam pilkada yang tak berkesudahan. Kedengkian itu dirawat sedemikian rupa hingga menampilkan kedunguan yang paling bodoh sekalipun, seperti menyatakan banjir di Tangerang, Bogor, dan Bekasi adalah menjadi tanggung jawab Anies. Itu semua rela mereka lakukan agar hasrat mengekspresikan kedengkian walau dengan cara paling dungu sekalipun, terlampiaskan.
Penghentian revitalisasi Monas adalah pintu masuk dalam rangka membatalkan even bergengsi dunia yang akan diselenggarkan di Jakarta yaitu Formula E. Even seperti itu dikhawatirkan akan semakin membuat nama Anies menjulang tinggi. Padahal tujuan utama dari digelarnya balap mobil listrik tersebut adalah kampanye lingkungan dan memotivasi agar banyak orang mengganti alat transportasi berbahan bakar solar maupun bensin menjadi listrik yang jauh lebih aman bagi lingkungan. Tentunya, di samping perputaran roda ekonomi untuk kota bernama Jakarta yang masih menjadi Ibu Kota Negara.
Kebencian dan kedengkian yang dirawat sedemikian rupa membuat banyak warga Jakarta lainnya yang secara jujur mengakui dan merasakan hasil kerja gubernur menjadi gemas dan muak.
Hal itu dilampiaskan dengan mengembalikan ribuan telur sumbangan ke sebuah organisasi yang pada saat yang sama ada oknum anggotanya memfitnah kedatangan Anies yang diundang secara resmi oleh warga Kampung Tanah Merah, Jakarta Utara.
Selain itu, ribuan warga Jakarta juga secara spontan datang ke balai kota untuk memberi dukungan pada gubernur yang dinilai telah bekerja dengan baik terkait masalah penanganan banjir. Pada saat rombongan yang katanya jutaan orang akan mendemo balai kota untuk menuntut Anies mundur ternyata hanya berjumlah puluhan orang, jauh lebih banyak aparat yang menjaga mereka ketimbang peserta demo itu sendiri.
Apakah upaya penghadangan pada kerja Gubernur DKI yang dengan kasat mata terlihat “dikeroyok” dari berbagai penjuru akan berhasil ?
Yang mereka tak pernah sadari adalah selain kekuatan pendukung Anies di media sosial yang begitu solid dan kerja pemprov yang cepat terukur keberhasilannya yaitu terbangunnya para ibu-ibu berhati mulia dan para orang saleh di malam buta, bertahajud meminta pada pemilik langit dan bumi.
Mereka mendoakan dengan tulus ikhlas agar gubernur yang langkahnya banyak tak diketahui wartawan saat menyambangi perkampungan-perkampungan miskin di Jakarta itu agar diberi kekuatan, kesehatan, selalu terlindungi dari semua bahaya dan sukses menunaikan janjinya sampai masa akhir jabatannya. (*)
Geisz Chalifah
(Budayawan)