Sejarah dan Perkembangan Tanda Baca Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah mukjizat Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw untuk di sampaikan kepada seluruh umat Islam di dunia.
Kita ketahui bahwa Al-Qur’an ini diturunkan dalam bahasa Arab yakni berupa huruf hijaiyah beserta bacaannya.
Lalu, apakah Anda telah mengetahui sejarah tanda baca Al-Qur’an? Mari kita baca bersama mengenai sejarah dan perkembangan tanda baca Al-Qur’an.
Sejarah pembentukan tanda baca Al-Qur’an
Pada zaman Nabi Muhammad Saw dan Khulafaur Rasyidin, ayat-ayat Al-Qur’an masih ditulis dalam bentuk huruf Arab dan juga belum dilengkapi dengan tanda baca sama sekali.
Di masa itu pula belum ada tanda harakat (fathah, kasroh, dhommah, sukun) dan tanda baca (titik koma) sehingga sangat sulit untuk membaca Al-Qur’an. Selama 40 tahun lebih umat Islam membaca Al-Qur’an tanpa disertai tanda baca.
Kemudian pada masa pemerintaan Dinasti Umayyah mulai ada pemberian tanda baca (syakal) berupa titik dan harakat (baris).
Fase Pertama (Nuqath al-‘Irab)
Pada masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan. Di saat itu, beliau menugaskan Abdul Aswad Ad-Dawaly untuk meletakan tanda baca di setiap kalimat berbentuk titik untuk menghindari adannya kesalahan membaca.
Nuqath ‘irab adalah tanda baca yang berfungsi untuk membedakan kedudukan suatu kata dalam sebuah kalimat.[1]
Hal pertama yang dilakukan Abdul Aswad adalah membuat tanda bacaan (harakat). Beliau telah menemukan bahwa kemungkinan bacaan yang ada dalam Al-Qur’an hanya ada pada tiga macam bacaan, terbukanya mulut atau infitah, terbuka dengan sedikit atau kasr, dan berkumpulnya kedua bibir yang disebut juga dengan dlamm.