Mewujudkan Generasi yang Saleh, Cerdas dan Kreatif

Tahun 2000-an saya pernah diamanahi sebagai Direktur Litbang Al Jannah Islamic Full Day School. Saat itu saya merumuskan tentang bentuk sekolah itu dan tujuan Pendidikan di sekolah itu.
Saya menulis bahwa tujuan pendidikan Islam ada tiga : membentuk anak saleh, cerdas dan kreatif. Saleh adalah tujuan pendidikan pertama. Kenapa? Karena bila pribadi yang kita bentuk tidak saleh, maka kecerdasan tidak ada gunanya. Ia akan menjadi orang yang pintar tapi jahat. Cerdas, tapi suka berbohong atau korupsi. Kesalehan akan menjaga pribadi orang itu untuk terus berbuat baik. Ia akan berbuat baik untuk dirinya, lingkungannya dan masyarakat atau bangsanya.
Amerika adalah contoh bangsa yang cerdas. Tapi karena para pemimpinnya tidak saleh, maka kecerdasan itu menjadi merusak masyarakat lain. Lihatlah bagaimana Amerika menghancurkan Afghanistan, Irak dan membantu Israel menghancurkan Gaza, Palestina. Seseorang yang sangat cerdas tapi jahat, maka daya rusaknya menjadi semakin besar.
Shalih tentu dibentuk dengan pendidikan agama. Pendidikan agama yang mencerdaskan. Pendidikan agama yang membuat anak paham dengan akalnya tentang pentingnya peran agama dalam kehidupan. Sehingga anak menjadi kokoh akidahnya, teguh dalam memegang syariah dan mulia akhlaknya.
Mendidik anak menjadi saleh tidak mudah. Diperlukan guru dan kurikulum yang bagus. Karya-karya ulama Timur Tengah dan ulama di tanah air perlu dipadukan dan diajarkan kepada mereka.
Yang kedua adalah membentuk anak yang cerdas. Kecerdasan anak ditingkatkan dengan cara diberi pelajaran bahasa, sains, matematika dan lain-lain. Anak-anak dilatih agar akalnya dapat memecahkan berbagai problematika ilmu. Pelajaran matematika, misalnya melatih anak untuk memecahkan masalah dengan mandiri. Pelajaran fisika dan kimia juga begitu. Pelajaran sains ini melatih anak untuk berpikir mandiri dan dapat memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Tentu Pendidikan sains harus dipadukan dengan pendidikan agama. Guru harus bisa menunjukkan ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjang pelajaran sains yang sudah pasti. Seperti dalil tentang tanaman, alam semesta, penciptaan manusia dan lain-lain.
Yang ketiga adalah membentuk anak kreatif. Kita sekarang menghadapi zaman kuantum. Zaman perloncatan pemikiran dan penemuan-penemuan yang mengagumkan manusia. Anak-anak mesti dididik untuk mengenal berbagai penemuan manusia. Selain itu, anak-anak dididik juga berorganisasi sehingga mereka terlatih untuk menghadapi manusia lain. Terlatih untuk memecahkan bersama masalah-masalah manusia. Terlatih Bersama untuk memecahkan masalah di masyarakat.
Dengan kreativitas maka anak didik akan mandiri. Ia akan selalu berfikir untuk memecahkan berbagai persoalan yang ada di sekitarnya. Tentu pemecahan problematika manusia itu harus dilandasi dengan ajaran Islam. Dari sinilah guru akan menjelaskan agar kreativitas mengarah kepada kebaikan bukan kepada keburukan. Seperti kreativitas berbusana yang memperlihatkan aurata tau penciptaan senjata-senjata mutakhir yang justru akan menghancurkan manusia sendiri.
Kreativitas juga menjadi seorang berani dalam mengambil keputusan. Dengan landasan keilmuan Islam yang dimilikinya, anak akan berani menciptakan sesuatu atau membuat sesuatu yang berguna bagi masyarakatnya. Kita ingat bagaimana guru Ahmad Hasan mendidik Mohammad Natsir ketika muda. Ketika Natsir minta petunjuk untuk menulis sesuatu, A Hassan mendorong Natsir agar berani menulis dan berani bertanggungjawab. Begitu pula cara Agus Salim mendidik murid-muridnya seperti Hamka, Mohammad Roem dan lain-lain. Agus Salim mendorong mereka untuk berani menyuarakan pendapat dan memecahkan persoalan dengan mandiri.
Bulan Ramadhan ini melatih kita untuk menjadi orang yang shalih. Ketaatan kepada Yang Maha Ghaib selama puasa, menjadikan kita seorang yang disiplin tidak mau membuat kerusakan di muka bumi. Kini tinggal kecerdasan dan kreativitas dilatih di bulan mulia ini.
Mari kita wujudkan bersama generasi yang saleh, cerdas dan keratif, insyaallah bangsa akita akan menjadi baldatun thayibatun wa rabbun ghafur, bangsa yang adil dan Makmur dalam naungan ridha Ilahi.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al A’raf 96). Wallahu azizun hakim. []
Nuim Hidayat