NUIM HIDAYAT

Abu Bakar Ash-Shiddiq: Pemimpin yang Tegas Lawan Kekafiran

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS at Taubah 128)

Tetapi ia hanya membawa seorang saksi sambil berkata,”Saya tidak ingat siapa saksi lainnya.” Maka kedua orang yang bertugas mengumpulkan Al-Qur’an itu tidak menerima karena mematuhi perintah Khalifah. Tetapi diantara bukti indahnya ‘perbuatan Allah SWT’ ternyata saksi itu adalah Khazimah bin Tsabit yang nilai kesaksiannya setara dengan kesaksian dua orang sebagaimana disabdakan Rasulullah, sehingga ini benar-benar merupakan keistimewaan yang diberikan kepadanya. “Al-Qur’an saya kumpulkan dari berbagai bentuk kertas kulit, potongan tulang dan dari dada para penghafal,”kata Zaid. (Lihat Prof. Azami dalam bukunya Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu Sampai Kompilasi, Kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, GIP, 2006)

Setelah Zaid selesai menyusun hasil pengumpulan Al-Qur’an ini ia menyerahkannya kepada Abu Bakar. Abu Bakar membacakannya kepada para sahabat. Para sahabat lantas mengakuinya secara ijmak. Kemudian Abu Bakar menyerahkan mushaf itu agar dipelihara di rumah Ummul Mukminin, Hafshah binti Umar, istri Nabi Saw.

Menurut pendapat Profesor Shauqi Daif, Bilal bin Rabah jalan-jalan mengelilingi kota Madinah melakukan pengecekan tiap sahabat yang hadir dan memiliki ayat-ayat Al-Qur’an yang ia tulis setelah menerima apa yang diperdengarkan oleh Nabi Muhammad saw sendiri.

Ketika Sayidina Utsman memerintah, ia melakukan penyempurnaan pekerjaan ini. Sebabnya adalah, ia melihat terjadinya perbedaan bacaan, sekalipun semuanya benar. Tetapi banyak kaum Muslimin yang tidak memahami hikmah perbedaan bacaan ini, sehingga sebagian dari mereka mengafirkan sebagian yang lain.

Maka Hudzaifah datang kepada Ustman ra dan berkata, ”Wahai Amirul Mukminin, datanglah kepada beberapa orang, kemudian mintalah mushaf yang telah dikumpulkan Abu Bakar. Tulislah kemudian kirimkan naskah salinannya ke kota-kota. Maka Utsman pun membentuk sebuah tim, diantaranya beranggotakan Zaid bin Tsabit dan Said bin Ash. Beliau memerintahkan tim tersebut agar menyalin mushaf ini ke dalam satu naskah. Kemudian beliau berkata kepada mereka, ”Kalimat-kalimat yang sama, tulislah dengan satu tulisan, sedangkan kalimat-kalimat yang berbeda berdasarkan berbagai macam logat, sedangkan tulisan yang bisa menjelaskan perbedaan ini, maka jelaskan.” Wallahu alimun hakim.[]

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button