NUIM HIDAYAT

Abu Bakar Ash-Shiddiq: Pemimpin yang Tegas Lawan Kekafiran

Kepada para sahabatnya Rasulullah pernah mengatakan, ”Barangsiapa yang ingin melihat orang yang selamat dari api neraka maka hendaklah dia melihat Abu Bakar. At Tirmidzi dan al Hakim meriwayatkan dari Aisyah bahwa suatu ketika Abu Bakar masuk ke rumah Rasulullah. Kemudian Rasul bersabda, ”Wahai Abu Bakar sesungguhnya engkau adalah pembebas manusia dari api neraka.”

Lewat musyawarah/dialog akhirnya Abu Bakar terpilih menjadi khalifah pengganti Rasulullah. Dalam ‘pidato pertamanya’ laki-laki pemberani ini menyatakan, ”Amma ba’du…aku menerima kekhalifahan meskipun aku ‘membencinya’. Demi Allah, aku lebih suka jika seseorang diantara kalian menempati kedudukan ini. Sungguh kalian telah membebaniku untuk melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah, padahal aku tidak layak mendudukinya. Rasulullah adalah hamba yang dimuliakan dan disucikan oleh Allah dengan wahyu. Sedangkan aku hanyalah manusia biasa seperti kalian.Aku bukanlah yang terbaik diantara kalian. Karena itu dengar dan perhatikanlah, jika kalian melihatku istiqamah dalam kebenaran, ikutilah aku. Jika kalian melihatku menyimpang, turunkanlah aku.”

Aisyah ra menuturkan bahwa setelah Nabi diperjalankan di malam Isra’ di Masjidil Aqsha, beliau menyampaikan kabar itu kepada kaumnya. Akibatnya banyak orang yang sebelumnya beriman menjadi murtad dan berpaling dari Rasulullah Saw. Beberapa orang menemui Abu Bakar dan berkata,”Bagaimana pendapatmu mengenai sahabatmu itu, ia mengaku telah diperjalankan selama satu malam ke Masjidil Aqsha?”

Abu Bakar menjawab,”Apakah ia mengatakan itu?”

“Benar ia mengatakan itu.”

“Jika ia mengatakan seperti itu, berarti ia memang pergi ke sana.”

“Apakah kau percaya bahwa ia pergi dalam satu malam ke Baitul Maqdis dan datang kembali sebelum Subuh?”

“Benar, aku percaya padanya. Bahkan aku percaya jika ia mengatakan yang jauh lebih dari itu. Aku sungguh mempercayainya jika ia mengatakan telah menerima kabar dari langit, baik di pagi maupun di petang hari.”

Julukan lain yang melekat pada diri Abu Bakar adalah ‘sang sahabat.” Julukan ini langsung diberikan langsung oleh SWT dalam firmannya,

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” (QS at Taubah 40)

Julukan berikutnya adalah al Atqa, orang yang paling bertaqwa. Julukan ini pun diabadikan dalam ayat Al-Qur’an, “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,” (QS al Lail 17-18)

Para ahli Al-Qur’anadalah orang-orang yang maju paling depan dalam peperangan. Dalam pertempuran Yamamah, telah terbunuh 70 qari’, diantara mereka. Sebagaimana dalam peperangan lain telah terbunuh pula banyak dan lebih banyak lagi diantara mereka. Umar ra sebagai salah seorang penasihat Abu Bakar berkata, ”Wahai khalifah Rasulullah, peperangan telah banyak membunuh para qari’. Jika ini terus berlangsung maka para penghafal Al-Qur’an akan habis, sehingga di tengah-tengah masyarakat tidak terdapat lagi rujukan kitab Allah. Karena itu saya berpendapat sebaiknya engkau memerintahkan orang untuk mengumpulkan Al-Qur’an yang telah ditulis di masa Rasulullah saw. Hendaklah engkau menyusun dan menyatukannya dalam satu kitab. Saya berpendapat pula hendaknya yang engkau pilih adalah Zaid bin Tsabit. Karena ia seorang yang cerdas, hafal dan hafal. Abu Bakar menjawab, ”Bagaimana saya akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah? Umar masih terus mendesaknya, hingga Allah melapangkan dadanya. Maka Abu Bakar mengirim utusan kepada Zaid bin Tsabit dan berkata kepadanya, ”Zaid, kamu adalah seorang lelaki Anshar yang telah hafal Al-Qur’an dan bersahabat dengan Rasulullah saw. Kamu telah mengetahui bahwa sengitnya peperangan telah banyak menyebabkan para qari’ gugur. Saya khawatir jika keadaan ini terus berlangsung, kelak tidak ada lagi rujukan umat manusia. Karena itu saya berpendapat, hendaklah kamu mengumpulkan ayat-ayat yang terpisah-pisah dalam satu kitab.” Zaid menjawab, ”Wahai khalifah Rasulullah, bagaimana anda akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?”

Abu Bakar mencoba meyakinkan Zaid dengan mengirim utusan beberapa kali. Pemuda cerdas itu akhirnya menerima tugas dari khalifah yang sangat berat itu. Kemudian Abu Bakar memanggil seorang hafizh lain. Ia berkata kepada mereka berdua,”Duduklah kalian di pintu masjid, bertanyalah kepada setiap orang tentang hafalan atau catatan Al-Qur’an yang dimilikinya. Janganlah menerima seorangpun kecuali setelah ia mendatangkan dua saksi yang menguatkan bahwa ia benar-benar menulisnya dihadapan Rasulullah Saw.” Para sahabat sebelumnya menulis Al-Qur’an di pelepah kurma dan tulang. Dalam satu kasus, ada seseorang yang datang membawa catatan dua ayat yang telah dihafal oleh ratusan orang lain, yaitu firman Allah SWT,

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya),” (QS al Ahzab 23)

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button