AL-QUR'AN & HADITS

Al-Qur’an, Energi yang tak Pernah Padam

Al-Qur’an adalah mukjizat, bahkan mukjizat terbesar sepanjang masa. Sebab, Al-Qur’an adalah kalamullah. Al-Qur’an bukanlah makhluk yang dicipta, bukan pula sekedar kandungan makna dari kalam-Nya. Akan tetapi, makna sekaligus lafadz Al-Quran seluruhnya adalah perkataan Allah Ta’ala. Dari Allah lah Al-Qur’an berasal, kemudian didengar oleh Jibril dan disampaikan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Al-Qur’an adalah kitab hidayah. Ia menunjukkan manusia ke jalan kebenaran, membedakan antara yang haq dan yang batil, menjelaskan jalan ahlul jannah dan jalan-jalan kesesatan. Melalui ayat-ayat Al-Qur’an, hamba mengenal Allah Subhanahu wata’ala, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya. Melalui ayat-ayat Al- Qur’an jugalah hamba mengenal segala jalan yang mengantarkan ke jannah (surga) dan menyelamatkan dari neraka.

Allah Ta’ala, berfirman:

إِنَّ هٰذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصّٰلِحٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,” (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 9)

Salah satu sisi kemukjizatan Al-Qur’an adalah memiliki pengaruh yang kuat terhadap jiwa manusia dan jin. Bahkan, seandainya Al-Qur’an diturunkan kepada gunung, niscaya ia akan luluh lantak dan hancur. Allah Ta’ala, berfirman:

لَوْ أَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْءَانَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ  ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 21)

Banyak riwayat di masa lalu atau berita-berita masa kini yang semuanya membuktikan betapa kuat pengaruh al-Qur’an pada jiwa manusia dan jin.

Begitu juga bagaimana energi Al-Qur’an meresap didalam hati sanubari para sahabat, sehingga tak heran masa kejayaan Islam berlangsung hampir 13 abad dan mampu menguasai hampir 2/3 dunia, tak satupun peradaban didunia ini yang mampu berbuat seperti itu kecuali Islam.

Para sahabat memandang kebesaran Al-Qur’an dari kebesaran yang menurunkannya, kesempurnaannya dari kesempurnaan yang menurunkannya. Mereka memandang bahwa Al-Qur’an turun dari Raja, Pemelihara, Sesembahan yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui, Maha Kasih Sayang,

Dari pandangan ini mereka menerima Al-Qur’an dengan perasaan bahagia campur perasaan hormat, siap melaksanakan perintah dengan perasaan cemas dan harap. Serta perasaan kerinduan yang amat dalam. Bagaimana tidak? Yang membaca Al-Qur’an seakan mendapat kehormatan bermunajat dengan Allah. Layaknya seorang prajurit menerima perintah dari atasan dan seorang yang mencari pembimbing mendapatkan pengarahan dari Dzat yang maha mengetahui. Perasaan inilah yang digambarkan Allah Ta’ala, dalam firmanNya,

أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيِّۦنَ مِنْ ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرٰهِيمَ وَإِسْرٰٓءِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَآ  ۚ إِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ ءَايٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

“Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya’qub), dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis.” (QS. Maryam 19: Ayat 58)

Dari perasaan diatas para sahabat membaca dan menerima Al Qur’an untuk dilaksanakan secara spontan tanpa menunggu-nunggu dan tanpa protes sedikitpun, walau-pun hal itu bertentangan dengan kebiasaan mereka, tapi mereka bisa menundukkan perasaan mereka dengan kecintaan kepada Allah Ta’ala.

Wallahu a’lam

Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia

Artikel Terkait

Back to top button