PARENTING

Anak Suka Caper? Mungkin Ini Sebabnya

Ini kisah gadis cilik berusia tujuh tahun. Bila dibandingkan dengan anak seusianya, dalam bidang akademik ia mengalami keterlambatan dan kesulitan mencerna pelajaran yang aku dan guru lain sampaikan. Ia selalu melakukan hal yang menyita perhatian banyak orang di sekitarnya. Mungkin kalau ia bertemu dengan orang yang salah, ia akan banyak mendapat bully-an atau perlakuan tidak mengenakkan dari orang lain, karena sikap dan perilakunya yang sangat menguji kesabaran. Kadang aku lihat tatapannya kosong, tanpa adanya motivasi dalam dirinya. Ia termasuk anak yang aktif, Setiap les ia diantar oleh ibunya.

Cara ibunya berkomunikasi dengan guru lain mengindikasikan suatu hal. Yang aku lihat dari wajahnya secara kesehatan mental, ibu dari anak ini tidak sesehat ibu-ibu dari murid yang lain. Ia tampak kurang percaya diri dan memiliki harga diri yang rendah. Aku tidak tahu pasti bagaimana kehidupannya, tapi sorot mata dan mimik wajahnya mengatakan hal yang demikian. Mungkin suaminya kurang perhatian dan tidak bisa menghargai dirinya. Bisa pula karena faktor ekonomi, yang menuntut istri berusaha lebih keras. Juga bisa karena faktor lingkungan yang kurang baik, menyebabkan ibu ini memiliki konsep diri yang buruk dan self esteem yang rendah.

Semua hal itu menyebabkan tangki emosi kasih sayang ibu ini tidak terisi penuh. Sehingga berpengaruh pada kurangnya perhatian dan kasih sayang yang ia berikan pada anaknya. Menyebabkan anaknya mencari perhatian di luar rumah, juga memengaruhi tingkat konsentrasi anak dalam belajar dan mencerna informasi serta daya tangkapnya.  Anak-anak yang caper atau suka cari perhatian biasanya kekurangan quality time dengan orang tuanya atau orang-orang di sekelilingnya. Jadi yang aku tangkap anak ini bahasa kasihnya adalah waktu.

Perlu kita ketahui, menurut Gery Chapman (penulis Amerika dan pembawa acara talk show radio),  ada lima bahasa  kasih, yakni sentuhan fisik, kata-kata dukungan dan pujian, pelayanan, quality time dan hadiah.

Ternyata, dari seseorang bayi hingga berusia tiga tahun, kelima bahasa kasih ini harus ter-charge semua setiap hari. Anak yang berusia di atas tiga tahun dan bermasalah, biasanya bahasa kasihnya tidak terisi oleh orang-orang di sekelilingnya. Ketika sudah agak besar bahasa kasih dalam diri seorang anak yang dominan akan terlihat. Biasanya ada dua bahasa kasih yang dominan dari lima bahasa kasih. Sehingga dua bahasa kasih itulah yang wajib di-charge setiap hari oleh orang tua dan lingkungannya. Bahasa kasih ini melekat dalam diri seseorang sejak bayi hingga tua.

Jadi sebagai orang tua atau calon orang tua wajib hukumnya untuk memiliki jiwa atau mental yang sehat, kalau tidak akan memengaruhi generasi penerus yang ia didik. Mengingat anak merupakan amanah dari Allah, dan tidak semua orang dititipi amanah, oleh karena itu persiapkan dan gunakan kesempatan ini dengan baik. Memang tidak semua orang berada dalam kondisi atau situasi yang baik atau mendukung seorang perempuan tetap sehat secara mental. Tetapi kita bisa berusaha dengan memanipulasi perasaan kita dengan mengubah pikiran kita. Dan bagi para laki-laki atau suami jangan malas mencari ilmu dan terus meng-upgrade diri, karena kelak laki-laki lah yang memiliki tanggung jawab lebih besar di hadapan Allah.

Perlu diketahui dan diingat! Istrimu yang tidak sehat secara psikologis, itu merupakan tanggung jawabmu dalam memberikan perhatian dan kasih sayang. Istrimu yang tidak cantik lagi, itu juga tanggung jawabmu dalam membiayainya agar tetap bisa merawat tubuhnya. Istrimu yang dominan mungkin juga sebab suami yang kurang bisa memimpin, membimbing, mengayomi serta memberikan keteladanan, sehingga perempuan terpaksa mengambil alih kemudi.

Banyak permasalahan hadir di dunia ini disebabkan tidak hadirnya figur laki-laki, ayah atau suami. Karena tugas mereka bukan hanya sebagai pencari nafkah, ada anak yang masih membutuhkan hadirnya sosokmu yang memberikan keteladanan tanpa amarah atau bentakan. Yang merindukan perhatianmu setiap harinya. Yang ingin dibimbing bagaimana cara menyikapi berbagai hal dalam hidup. Terutama anak perempuanmu, kalau kasih sayang yang kau beri kurang, di dunia luar sana ia akan mudah takluk pada laki-laki yang dapat memberikan itu semua.

Dan asal para laki-laki tahu kebanyakan kasus pelakor terjadi berasal dari anak perempuan yang kurang figur ayah. Sehingga di masa dewasanya ia mencari figur yang hilang itu dalam diri laki-laki lain. Dan kebanyakan laki-laki yang memiliki figur ayah adalah yang sudah beristri.[]

(Khairul Nisa Afdilah, Mahasiswi di Depok)

Artikel Terkait

Back to top button