NUIM HIDAYAT

Anak Perempuan

Saya waktu kuliah di IPB, banyak teman-teman perempuan berjilbab. Sering ngobrol dan diskusi ttg berbagai hal. Terutama tentang berbagai aktivitas keislaman di Masjid Al Ghifari.

Alhamdulillah waktu itu kita biasa berkumpul di masjid. Dan tidak ada pelecehan seksual di sana, mngkn sampai sekarang. Kita berprinsip asal ngobrolnya tidak di tempat sepi dan berduaan (ber-khalwat), Islam tidak melarangnya.

Karena sering ngobrol dengan perempuan, saya jadi sedikit tahu jiwa perempuan. Apalagi setelah beristri dan punya anak perempuan, jadi menyelami jiwa perempuan.

Perempuan, sebagaimana laki-laki, ingin berperan dalam hidupnya, ingin bekerja, beribadah dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Ini yang kadang tidak disadari laki-laki Muslim. Menganggap bahwa perempuan adalah manusia kelas dua, harus di bawah laki-laki dan tidak layak menjadi ‘pemimpin’.

Alhamdulillah saya dikaruniai istri yang pintar. Pintar mengajar dan pintar memasak. Karena pintarnya, saya sering berdiskusi dan berdebat degan dia. Karena sudah lama nikah, tahu kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Anak saya pertama dan kedua perempuan. Anak yang pertama alhamdulillah lulus dari ITB dan yang kedua masih kuliah di UI. Kini anak yg pertama, sudah kerja di perusahaan konsultan asing. Anak saya lulusan Teknik Geodesi. Pekerjaannya lebih banyak di rumah.

Tadi pagi saya mengantarnya ke Bandara, karena ada acara di Bali. Di mobil taksi, saya berpesan kepada dia: Bali itu kota internasional. Seperti Jakarta. Abi sudah dua kali ke sana. Masyarakatnya banyak yang rusak disana: banyak perzinahan, LGBT, narkoba dan lain-lain. Bos kamu non Islam. Doakan dia masuk Islam.

Anak saya ini, kebetulan sejak SMP, SMA dan kuliah senang ngaji. Jadi saya yakin dan berdoa kuat terus menjaga akidahnya.

Kalau anda punya anak perempuan sudah lulus kuliah, apa yg diharapkan? Dia cepat nikah. Orang tua khawatir kalau dia tidak mendapat jodoh. Orang tua dimanapun ingin agar anaknya segera mendapat jodohnya.

Tapi jodoh memang di tangan Allah. Tidak tahu, kapan dan dengan siapa. Bisa jadi perempuan mau, laki-lakinya tidak mau. Bisa jadi laki-lakinya mau, perempuannya tidak mau. Apalagi anak perempuan sekarang, tidak mudah untuk dipaksa.

Saya jadi teringat film Cinta Suci Zahrana. Dimana perempuan yg cantik, pintar tapi sulit mendapat jodoh dan bapaknya terus mengatakan bahwa gak ada guna gelar dan penghargaan hebat mentereng, kalau gak dapat jodoh. Di film itu akhirnya ditutup dengan jodoh yang tidak disangka-sangka Zahrana. Yaitu dapat jodoh dengan mahasiswanya yang lebih muda.

Anak saya ini memang punya cita-cita yang tinggi, ingin melanjutkan kuliah di luar negeri dan lain-lain. Saya sering mengingatkan di grup keluarga, yang penting itu tugas kita sebagai manusia di bumi ini melanjutkan risalah para Nabi. Bukan sekadar cari makan dan minum dan seterusnya.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button