NASIONAL

Bedah Buku “Banjir Darah”, Menolak Lupa Kekejaman PKI terhadap Santri dan Kiai

Jakarta (SI Online) – Sabtu sore (18/9/2021) acara kajian komunisme dan bedah buku “Banjir Darah” berlangsung lancar dan sukses. Jumlah peserta 40-an, terdiri dari beberapa orang doktor dan kaum terpelajar.

Thowaf Zoharon, penulis buku, mengemukakan tentang perilaku tokoh-tokoh komunis dunia yang kejam. Mulai dari Lenin, Stalin hingga Mao Zedong.

Ia juga mengungkap tentang Muso pemimpin PKI yang mengadakan revolusi di Madiun. Muso adalah anak seorang kiai. Sayangnya ketika sekolah di Surabaya, menginap di rumah Tjokroaminoto, ia bertemu tokoh komunis Belanda Sneevliet. Ia kemudian menjadi pengikut Sneevliet hingga sampai pergi ke Belanda, Rusia, dan lainnya.

Baca juga:

Kekejaman PKI di Madiun dan sekitarnya memang luar biasa. Korban-korbannya ada yang disembelih, digergaji bahkan ada yang ditancapkan tombak dari dubur sampai kepala. Ratusan korban kiai, santri dan kaum Muslimin terdata akibat kekejaman PKI.

Pengamat komunisme, Joko Baskoro, menjelaskan dengan rinci peristiwa pendirian Republik Soviet Indonesia di Madiun. Menurutnya pengumuman proklamasi itu dilakukan Muso di Madiun dengan pasukan berbaju hitam-hitam. Dalam peristiwa itu PKI membunuh dan membakar kantor kepolisian.

Selain itu Joko juga mengungkap tentang gerakan Muso yang mendapat bantuan dana dan senjata dari Rusia. Menurutnya saat itu penduduk ditanya mau ikut Muso atau Soekarno. Bila menyatakan ikut Soekarno maka langsung dibunuh.

Penulis buku “Banjir Darah”, Thowaf Zoharon.

Pejabat-pejabat pemerintah, kiai dan santri menjadi incaran pasukan PKI. Rincian kekejaman PKI ini diceritakan di buku “Banjir Darah.”

Joko juga mengungkap tentang perubahan China sekarang yang menjadi kapitalis. Dari segi ekonomi kapitalis, tapi sistem pemerintahan tetap komunis. Dimana di China hanya Partai Komunis China yang mengendalikan semua penduduknya (1,4 miliar). Tidak boleh ada partai oposisi dan kelompok-kelompok yang menentang pemerintah.

Dialog dengan peserta juga berlangsung seru. Tapi karena waktu Maghrib tiba, acara diakhiri. Rencana kajian tentang komunisme ini akan dilanjutkan pada 30 September 2021. Pembaca diharapkan dapat mengikutinya kembali. [NH]

Artikel Terkait

Back to top button