BNPT Keliru, Memasukkan Ikhwanul Muslimin dalam Kelompok Intoleran
Dengan kepemimpinan dan akhlak mulia al Bana yang menawan ini, menjadikan gerakan Ikhwan berkembang dengan cepat. Ceramah-ceramah dan tulisan al Bana tersebar luas dan menjadi panduan gerakan. Al Bana memang menjadikan Ikhwan bertujuan untuk membentuk peradaban Islam, bukan hanya mengurusi ibadah semata. Maka pendiri Ikhwan ini membahas Islam sebagai solusi bagi semua masalah kehidupan, baik politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain.
Baca juga: Hasan al-Banna, Lelaki yang Patut Diteladani
Kehebatan dan kepemimpinan al Bana yang meluas di Mesir saat itu, menjadikan raja dan petinggi di Mesir saat itu dengki dengan sang Imam. Tahun 1948 Hasan al Bana dibunuh tentara-tentara kerajaan di mobilnya, tanpa alasan yang jelas.
Pelanjut keilmuan al Bana, Sayid Qutb juga mengalami nasib yang sama, menjadi syahid. Qutb yang buku-bukunya senantiasa best seller dan retorikanya menawan di Mesir saat itu, akhirnya dijatuhi hukuman mati oleh kawannya sendiri Gamal Abdul Nasser (1966).
Ulama besar ini menulis lebih dari 25 kitab yang bermutu. Banyak kitab-kitabnya yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di tanah air, kitabnya yang terkenal adalah Maalim fit Thariq (Petunjuk Jalan) dan Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.
Baca juga: Membidik Sayid Qutb
Entah BNPT paham sejarah Islam, khususnya sejarah Ikhwanul Muslimin di Mesir atau tidak, saya tidak tahu. Tapi memasukkan Ikhwan dalam kelompok intoleran adalah ngawur atau keliru.
Seperti diketahui selama ini, Ikhwan membolehkan ‘cabang-cabangnya’ di seluruh dunia untuk masuk dalam parlemen. Di berbagai negara, Ikhwan mendirikan partai Islam dan ikut dalam proses demokrasi di negara itu (pemilu). Ikhwan tidak membolehkan anggota-anggotanya meraih kekuasaan dengan jalan kudeta (kekerasan). Kekerasan fisik hanya dibolehkan bila musuh-musuh Islam juga melakukan kekerasan fisik kepada kelompok Ikhwan (tindakan balasan). Seperti tindakan balasan yang dilakukan kelompok Ikhwan (Hamas) terhadap aksi-aksi keji Israel.
Kini pemikiran tokoh-tokoh Ikhwan telah menyebar di lebih 70 negara. Buku-buku karya Hasan al Bana, Sayid Qutb, Yusuf Qardhawi dan lain-lain mudah didapatkan di tanah air. Tapi jangan harap mudah mendapatkan buku-buku itu di Mesir. Pemerintah Mesir resmi melarang buku-buku bermutu itu beredar di masyarakat.
Seorang mahasiswa Universitas al Azhar cerita kepada penulis, bagaimana sulitnya mendapatkan buku-buku karya tokoh-tokoh Ikhwan. Polisi Mesir kadang melakukan razia kepada mahasiswa-mahasiswa yang menyimpan buku-buku Ikhwan. Bila ada yang menyimpannya dan ketahuan, maka mahasiswa itu akan digelandang ke markas polisi untuk diinterogasi.