Cara Menolong Orang yang Zalim
Untuk itulah, para ulama, dai dan asatidz untuk tidak bosan-bosannya menolong pelaku zalim ini dengan ta’lim, taushiyah maupun ‘mau’idhah hasanah’ agar berhenti dan bertobat dari kezalimannya itu.
Amar Makruf dan Nahi Munkar
Kalau kita perhatikan bahwa dibalik perintah menolong saudara kita yang zalim, Rasulullah juga memerintahkan kita untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar kepada orang yang zalim, tapi dengan semangat ‘menolong’ bukan menghujatnya.
Dimanapun ada kemungkaran termasuk kezaliman, wajib bagi setiap muslim untuk mencegah dan mengubahnya.
Sabda Rasulullah Saw:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman”. [HR Muslim].
Hadits ini juga menunjukkan bahwa tugas amar ma’ruf nahi munkar itu akan sangat efektif jika dilaksanakan dengan tangan atau kekuasaan. Para pejabat yang punya otoritas kekuasaan akan sangat efektif untuk melakukan tugas amar ma’ruf dan nahi munkar. Artinya, bukan menunggu pensiun baru mau beribadah.
Yuk kita intensifkan tugas dan kewajiban kita sebagai muslim untuk berdakwah dan beramar makruf nahi munkar dimanapun kita berada. Jangan sampai kita menjadi ‘syaithan akhras’ -setan bisu saat terjadi banyak kemunkaran dan kezaliman.
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa Islam adalah ‘rahmatan lil’alamiin’, rahmat untuk semesta alam. Untuk itulah Islam sangat menganjurkan ukhuwah Islamiyah di antara kita. Tidaklah boleh di antara kita untuk saling menzalimi antara yang satu dengan yang lain.
Dan juga tidaklah tepat jika ada pihak-pihak tertentu yang menuduh atau ‘menstigma negatif’ terhadap Islam sebagai agama intoleran, radikal, teroris dan stigma negatif lainnnya. Wallahu a’lam.
Abd. Mukti, Pemerhati Kehidupan Beragama.