SUARA PEMBACA

Corona Seperti Istri yang Susah Ditaklukkan, Serius Pak?

Hari ini, kegagalan seluruh penguasa kapitalisme mengatasi wabah telah nyata di depan mata. Berbagai kebijakan yang plin plan hingga pernyataan yang menyesakkan dada rakyat, menunjukkan ketidakmampuan mereka.

Fokus pada pemulihan ekonomi adalah pilihan penguasa kapital yang menggetirkan kehidupan rakyat. Paradigma ekonomi number one memang tak bisa dikikis dari cara pandang sistem kapitalisme. Parahnya, ekonomi non real adalah tumpuannya: bank, bursa saham, asuransi, merupakan cara cepat kaya dengan modal yang seadanya. Itulah prinsip ekonominya.

Berdamai dengan corona, the new normal life, corona seperti istri, merupakan statement keputusasaan penguasa kapital. Di suatu sisi ekonomi semakin terpuruk, di sisi lain corona masih belum terkendali. Bagaimana bisa terkendali jika tidak fokus pada sistem kesehatan. Dana 405.1 T, kesehatan hanya dapat 75 T, kurang dari seperlima dari dana yang dialokasikan.

Akibatnya, bisa kita lihat dan rasakan sekarang. Sebenarnya mudah mengembalikan ekonomi, asal manusianya sehat jasmani maupun rohani. Bagaimana bisa bekerja produktif jika corona masih mengancam? Jelas tak bisa maksimal.

Belum terlambat jika para penguasa negeri ini mengakui kesalahan dan kelemahan diri melawan virus dan mengurusi rakyat. Iringi pengakuan itu dengan kerja nyata, yaitu melepas diri dari sistem kapitalisme dan mengambil sistem Islam kaffah. Sistem yang penuh keberkahan dan dicontohkan oleh manusia agung, Rasulullah saw. Sistem yang akan mengembalikan fungsi negara, mengurusi rakyat, bukan kepentingan kapital.

Sistem Islam merupakan sistem manusiawi, sehingga sistem ini tidak bebas wabah atau krisis. Namun, sistem yang dibangun di atas akidah Islam ini akan menjadikan penguasa negeri beriman dan menyelesaikan wabah dengan cara manusiawi serta penuh keberkahan.

Lockdown atau karantina mungkin sudah terlambat. Namun masih ada yang bisa dilakukan oleh penguasa negeri sebagai penanggung jawab kebutuhan pokok rakyat. Pertama, mengadakan tes massal dengan alat tes yang akurat, berkualitas dan cepat. Sehingga bisa dideteksi lebih dini siapa yang sakit untuk diberikan pengobatan.

Kedua, memisahkan antara yang sehat dan yang sakit. Sebagaimana hadits Rasul Saw: “Sekali-kali janganlah orang yang berpenyakit menular mendekati orang yang sehat.” (HR. Imam Bukhari).

Ketiga, mengerahkan semua ahli kesehatan dan riset molekuler juga virologi untuk menemukan vaksin serta obat virus. Dan negara menyediakan pengobatan secara gratis hingga sembuh. Sebagaimana hadits Rasul Saw,: “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya.” Ini menjadi motivasi bagi para ilmuwan untuk mengadakan riset, dan menjadi dalil kewajiban negara untuk membiayai riset.

Dukungan sistem ekonomi Islam yang menyejahterakan akan sangat mumpuni dalam memenuhi semua basic need masyarakat. Termasuk mengatasi wabah. Wallahu a’lam []

Mahrita Julia Hapsari, M.Pd
Praktisi Pendidikan

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button