REMAJA

Darurat Bullying di Kalangan Remaja

Ketiga, lingkungan sekolah dan masyarakat adalah tempat paling mudah memengaruhi generasi. Yang baik bisa menjadi buruk lantaran terpengaruh lingkungan sekitar. Budaya amar makruf nahi mungkar hampir tidak terlihat dalam masyarakat sekuler. Kehidupan sosial yang cenderung individualis, egois, dan apatis menjadikan anak kurang memiliki kepekaan sosial dan empati terhadap teman. Begitulah kapitalisme membentuk masyarakat sekuler kapitalistis.

Setiap komponen tersebut lahir dari sistem pendidikan sekuler yang membentuk generasi nirakhlak. Mewujudkan generasi saleh dan bertakwa tidak bisa dengan hanya peran satu atau dua komponen saja. Fakta kerusakan sistem sekuler sudah terlalu akut. Negeri ini perlu merombak total sistem demi terwujudnya generasi cemerlang, cerdas ilmu, beriman dan bertakwa.

Perundungan adalah penyakit sosial dari hasil peradaban sekuler Barat. Bukan hanya marak terjadi di Indonesia, tetapi juga di sekolah-sekolah luar Indonesia. Sistem sekuler telah membawa generasi saat ini ke dalam jurang kerusakan yang sangat parah. Jika kita bercermin pada peradaban Islam, profil generasi yang dihasilkan sungguh sangat bertolak belakang. Dalam sistem Islam, akidah Islam adalah landasan dasar dalam pendidikan.

Tidak heran jika pada masa Islam tampil sebagai peradaban dunia, telah lahir banyak individu berkepribadian mulia, berakhlak karimah, dan unggul dalam ilmu dunia. Setidaknya, ada empat faktor yang menjadi kunci kesuksesan tersebut:

Pertama, keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan yang menjadi benteng dari perilaku jahat dan sadis. Seseorang yang memahami Islam dengan benar akan menjauhkan dirinya dari perbuatan tercela. Ia menyadari konsekuensi sebagai hamba Allah adalah menaati seluruh perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).” (QS Al-Hujuraat: 11)

Kedua, sistem pendidikan Islam akan melahirkan individu berkepribadian dan berakhlak mulia secara komunal. Negara menerapkan sistem pendidikan ini di semua jenjang sekolah dan satuan pendidikan. Tatkala sistem pendidikannya baik, output generasi yang tercetak juga baik. Negara juga harus menjalankan fungsinya mengontrol media dan informasi yang mudah diakses anak-anak. Tidak boleh ada konten berbau kekerasan dan pornografi yang bertebaran di media mana pun.

Ketiga, dengan landasan akidah Islam, pola asuh orang tua dalam mendidik juga akan berubah. Suasana keimanan akan terbentuk dalam keluarga. Ketika anak kenyang perhatian dan kasih sayang orang tua, ia tumbuh menjadi pribadi yang hangat, peduli sesama, dan tidak mudah mencela orang lain.

Keempat, internet menjadi media yang menaburkan maslahat, bukan mudarat. Industri pornografi dan game online tidak akan tumbuh karena selain anak-anaknya sibuk belajar, negara juga memiliki aturan ketat mengenai izin penerbitan media. Game online atau aplikasi apa pun yang itu nirfaedah, bahkan mudarat, tidak akan mendapatkan izin. Ini karena tujuan adanya media untuk menciptakan jawil imani (suasana keimanan) di tengah umat.

Kelima, penerapan sistem pergaulan sosial berdasarkan syariat Islam akan melahirkan masyarakat Islam yang bertakwa. Membangun masyarakat dengan budaya amar makruf nahi mungkar harus dengan sistem Islam secara kafah. Berdakwah akan menjadi karakter bagi setiap individu, yakni tidak akan menoleransi tindakan apa pun yang bertentangan dengan syariat Islam, termasuk perundungan.

Inilah sederet fakta perundungan yang hanya lahir dari peradaban Barat yang sekuler liberal. Untuk menghilangkannya tidak cukup dengan menindak pelaku atau pihak sekolah, ataupun bimbingan psikologi dan edukasi seks pada pelaku. Kasus perundungan tidak akan selesai dengan seruan revolusi mental, pendidikan karakter, ataupun kampanye anti-bullying. Akar masalah perundungan ialah sistem kehidupan sekuler yang rusak dan merusak.[]

Nor Faizah Rahmi, S.Pd.I., Praktisi Pendidikan & Pemerhati Remaja

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button