SUARA PEMBACA

Demo Buruh, Bukti Kesejahteraan Masih dalam Impian?

Setiap individu masyarakat tentunya inginkan kesejahteraan. Hanya saja kata sejahtera dalam sistem kapitalisme hanya didapatkan oleh sebagian kecil masyarakat. Kesejahteraan seakan-akan hanya berhak dimiliki kalangan tertentu, dan lainnya hanya berhak memperjuangkannya tanpa berhak mendapatkannya.

Salah satu upaya perjuangan masyarakat mencari kesejahteraan nampak dalam peringatan May Day di Gelora Bung Karno (GBK), Partai Buruh membawa 18 tuntutan dalam aksi May Day Fiesta yang akan dihelat di Gedung DPR dan Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (14/05) lalu. Di antaranya berupa redistribusi kekayaan serta penolakan terhadap UU Cipta Kerja.

Tuntutan utama yang akan disuarakan adalah penolakan terhadap UU Omnibus Law Cipta Kerja. Menurut Said, aturan hukum tersebut mengeksploitasi buruh.

Lalu penolakan atas upah murah, penghapusan outsourcing, penolakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan desakan agar Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perlindungan Anak Buah Kapal (ABK) dan Buruh Migran disahkan.

Kemudian penolakan pengurangan peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK), wujudkan kedaulatan pangan dan reforma agraria, setop kriminalisasi petani, serta biaya pendidikan murah dan wajib belajar 15 tahun gratis.

Selanjutnya meminta pemerintah mengangkat guru dan tenaga honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), pemberdayaan sektor informal, ratifikasi konvensi ILO No. 190 tentang Penghapusan Kekerasan dan Pelecehan di dunia kerja, mengupayakan status sopir ojek online sebagai pekerja, bukan lagi mitra kerja. (lihat: cnnindonesia.com)

Pertanyaannya adalah apakah aksi sejenis diatas tidak ada sebelumnya, sehingga sampai saat ini masyarakat pada umumnya masih jauh dari kata sejahtera. Tentu jawabannya adalah bahwa aksi yang menyuarakan kesejahteraan kepada penguasa negeri ini sudah sangat sering, hanya saja perubahan yang kita inginkan masih jauh dari harapan.

Bagaimana mungkin harapan akan terwujud jika jalannya tidak selaras dengan tujuan yang ingin dicapai. Sistem kapitalisme yang mengedepankan para pemilik modal telah melahirkan segala aturan yang lebih menguntungkan sebelah pihak.

Sistem kapitalisme yang lahir dari pemikiran manusia tidak terlepas dari faktor kepentingan yang melatarbelakanginya. Kepentingan ini ditunggangi oleh pihak yang kuat, sedangkan pihak yang lemah nyaris selalu menjadi korban. Dengan kata lain sistem ini tidak bisa diharapkan mewujudkan keadilan tanpa pandang bulu.

Adanya demonstrasi buruh dan tuntutan kenaikan upah di berbagai negara maju menegaskan bahwa selama sistem kapitalisme masih menjadi pijakan, tidak akan ada sejahtera bagi semua. Sejahtera hanya milik kaum kapitalis.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button