Demokrasi Islam vs Demokrasi Liberal
Begitulah ‘pemimpin yang zalim’ memperbanyak musuh. Ia sangat melindungi kawan-kawan dekatnya yang membebaskannya menyalurkan nafsunya tapi memusuhi kawan atau rakyatnya yang mencoba mengingatkan perilaku zalimnya. Maka jangan heran Masyumi (dan PSI) dibubarkan, harian Abadi dibredel dan tokoh-tokohnya dipenjara.
Sekali lagi shalih adalah hal yang penting bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang shalih ia takut menzalimi rakyatnya. Ia bertanggungjawab bukan hanya kepada rakyat, tapi terutama kepada Allah Yang Maha Kuasa yang akan mengadili di akhirat nanti.
Pemimpin yang shalih konsisten dalam kehidupan sehari-harinya. Apa yang ditampakkannya dalam masyarakat, itulah yang dilakukannya ketika sendirian. Tidak ada kemunafikan dalam dirinya.
Makanya kaum Muslim mempunyai teladan hebat dalam kepemimpinan, yaitu Nabi Muhammad saw. Seorang pemimpin yang bukan hanya keteladanannya dalam memimpin negara, tapi juga keteladannya dalam memimpin kawan-kawannya, memimpin keluarganya dan ‘memimpin dirinya sendiri’.
Majelis Syura yang merupakan kumpulan cendekiawan dan tokoh masyarakat ini mesti mencari para pemimpin (negara dan daerah) yang mendekati Nabi Muhammad. Pemimpin pemimpi palsu yang sukanya ‘hanya mencari popularitas’ harus dicoret.
Kedua, perbedaan antara teodemokrasi dan demokrasi liberal adalah pada nilai yang dipegang. Pada demokrasi liberal, tidak ada nilai yang baku. Semuanya relatif. Makanya jangan heran pemerintah Amerika membunuh ratusan ribu orang pada tahun 1945 di Nagasaki dan Hiroshima. Pada tahun 2003 ‘membunuh lebih satu juta’ orang di Irak.
Bagi Amerika membunuh sebanyak mungkin musuh diperbolehkan, dengan dalih untuk melindungi kejayaan negaranya. ‘Semua negara di luar dirinya boleh hancur atau rusak’ kecuali negaranya dan negara-negara sahabat dekatnya.
Pornografi dan LGBT dibebaskan di Amerika, dengan dalih kebebasan (asas penting dari demokrasi liberal). Berdasarkan temuan para ahli neurologi, pornografi bisa merusak otak. Pornografi seperti narkoba bersifat addicted. Ingin selalu porsinya tambah dan tambah dari hari ke hari.
Mereka yang terjerat dalam pornografi akhirnya ingin mempraktekkannya. Dan bila ini menimpa pemuda, bisa sangat tragis akibatnya. Hubungan seksual bebas bisa terjadi (perzinahan). Dan ketika perzinahan merebak, maka merebaklah pembunuhan (aborsi dll), minuman keras dan lain-lain. Kata ahli bijak, kejahatan berkelindan dengan kejahatan lainnya. Dosa besar berkelindan dengan dosa besar lainnya.
Moral menjadi hilang. Manusia jatuh ke alam binatang. Makan, minum dan seks adalah kebutuhan binatang. Di alam binatang yang menang bukan yang baik (bermoral), yang menang adalah yang kuat. Yang paling ganas.
Dan inilah nampaknya filsafat yang dipegang Amerika (filsafat militer). Maka jangan heran Amerika/Barat mengembangkan senjata biologis dan nuklir yang paling mematikan manusia.
Lesbian, gay dan biseksual ‘hanya berkembang’ di masyarakat yang menganut paham liberalisme seksual. Begitulah nafsu manusia, ketika sudah sering berzina, maka ia tidak merasakan lagi nikmatnya hubungan seksual. Akhirnya nafsunya mendorong untuk mencoba yang sejenis, mencoba dengan binatang dan lain-lain.