SUARA PEMBACA

Demokrasi Meniscayakan Politik Balas Budi

Untuk meraih suara mayoritas, dibutuhkan corong-corong yang dapat memberikan pengaruh bagi masyarakat. Tentu saja, bantuan yang diberikan bagi pemenangan paslon tidak cuma-cuma. Ada kesepakatan-kesepakatan yang harus dipenuhi. Karena itu, balas budi dalam demokrasi tak bisa dipisahkan.

Jika para pejabat dipilih hanya demi balas budi, bukan tidak mungkin akan manghasilkan pemerintahan yang korup dan merugikan kepentingan publik. Hal ini pun semakin menegaskan bahwa pengelolaan negara dalam sistem demokrasi bukan untuk kemaslahatan rakyat, tapi demi kepentingan pihak tertentu.

Jabatan Itu Amanah, Bukan Untuk Balas Budi

Dalam sistem sekuler seperti saat ini, jabatan dianggap anugerah yang harus didapatkan dan dipertahankan. Bahkan sering dijadikan sebagai bentuk balas budi. Padahal jabatan adalah amanah yang amat berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Jika amanah itu disia-siakan akan menyebabkan kehancuran. Rasulullah Saw pernah bersabda:

Jika amanah telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanah disia-siakan?‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR. Bukhari No. 6015)

Umar bin Abdul Aziz bahkan menganggap jabatan sebagai musibah. Ketika dirinya diangkat sebagai khalifah, ucapan belasungkawa “Innalillahi wainna ilaihi roojiuun” yang terucap dari lisannya. Beliau bahkan menangis, membayangkan betapa berat pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah SWT.

Karena rasa takutnya inilah, keadilan dan kesejahteraan dirasakan oleh setiap makhluk. Bukan hanya manusia, tapi juga dirasakan oleh hewan. Dikabarkan, pada masa kepemimpinan Beliau, tak ada ternak yang dimangsa hewan buas. Masyaallah.

Sungguh perbedaan yang amat jauh bila dibandingkan dengan sistem saat ini yang dipenuhi pejabat korup. Keadilan dan kesejahteraan pun hanya jadi angan-angan karena pemimpinya hanya mementingkan urusan pribadi dan golongannya, zalim, miskin empati, dan sering ingkar janji.

Sistem rusak hanya akan menghasilkan pemimpin yang rusak. Karena itu, wahai kaum Muslimin, tidakkah kalian rindu akan tegaknya sistem Islam yang mampu melahirkan kepemimpinan ideal?[]

Wity, Aktivis Muslimah Purwakarta dan Pegiat Literasi

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button