Dimanakah Engkau Letakkan Dunia?
Janganlah menjadikan dunia diatas kepala kita, karena Allah Ta’ala menjadikannya dibawah kaki kita. Harta jangan menjadi perlombaan yang memabukan hingga agama bahkan nyawapun menjadi taruhan demi meraihnya.
Tidaklah heran apabila manusia banyak yang menjadi budak harta dan dunia karena harta adalah fitnah (ujian) terbesar bagi umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (ujiannya) dan fitnah umatku adalah harta” (HR. Bukhari)
Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengabarkan bahwa sifat tamak tidak pernah mengenal kata puas sekalipun telah diberikan kepada satu sampai dua lembah emas.
رَوَي اْلبُخَارِيُّ عَنِ ابْنِ الزُّبَيْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِمَكَّةَ فِي خُطْبَتِهِ يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu al-Zubair tatkala di atas mimbar di Mekah dalam khubtahnya, beliau berkata; Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Al-Bukhari)
Hadits ini menunjukan bagaimana tamaknya manusia terhadap dunia yang tidak menganal rasa puas. Hadits ini juga, mengandung makna celaan bagi orang yang tamak terhadap harta dunia. Kecintaan terhadap harta dunia bisa membuat seseorang terlena dari perjalanan hidup yang abadi di akherat. Semangat mengumpulkan harta bisa menjadi sebab lalai dari ketaatan kepada Allah Ta’ala karena hati menjadi sibuk dengan dunia daripada akhirat.
Allah Ta’ala, berfirman:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِۦ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ
“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah ayat 96)
Beberapa ulama tafsir menyebutkan bahwa yang dicontohkan dalam ayat ini adalah kaum Yahudi di Arab kala itu. Mereka tidak hanya pelit, melainkan juga rakus. Bahkan jika terdapat sistem riba yang menjerat pihak peminjam itu lalu dinisbatkan pada kaum Yahudi. Meski begitu mengingat pesan Al-Qur’an ditujukan untuk semua manusia, sesungguhnya potensi bertindak rakus itu bisa terjadi pada siapa saja termasuk kaum muslimin.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia