OASE

Hamba yang Merasa Cukup Bersama Allah dan Dicukupi Allah

“Andai saja kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki seperti burung-burung; yang pergi di pagi hari dalam keadaan perut yang kosong kemudian kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (Riwayat Tirmidzi).

Mengapa Rasulullah saw mengandaikan dengan burung? Karena burung adalah mahluk Allah yang hatinya lembut. Maka, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menyapa para sahabat dan kaum mu’minin yang hatinya lembut agar senantiasa melihat bagaimana burung-burung menyerahkan urusan mereka kepada Allah Azza wa Jalla.

Ada pun makna tawakal menurut beberapa ulama, terkait dengan hadits ini adalah:

  1. Menurut Al-Munawi
    Makna hadits ini adalah burung yang pergi pagi dalam keadaan lapar kemudian pulang di sore hari dalam keadaan kenyang adalah untuk memberi tahu kita bahwa yang membuat kita memperoleh rezeki, sejatinya bukanlah ikhtiar yang kita lakukan. Namun, yang menentukan rezeki adalah Sang Maha pemberi rezeki, Allah Robbul Izzati.

Tawakal juga bukan menganggur dan bukan berarti santai. Akan tetapi, tetap harus menjalani usaha untuk sebuah sebab. Burung-burung juga melakukan usaha dengan pergi pagi dan pulang ketika sore. Namun, ketawakalan dari mahluk Allah inilah yang membuatnya memiliki rezeki yang mencukupi kebutuhannya. Meski tanpa akal dan sumber daya seperti yang dimiliki oleh manusia.

  1. Menurut tafsir Jalalain, tawakal adalah barang siapa yang bertawakal kepada Allah dalam semua urusannya, maka Allah akan mencukupinya dengan izin-Nya.

Namun demikian, sekali lagi tawakal bukanlah tanpa usaha. Dan, usaha bukanlah satu-satunya jalan untuk mendapatkan hasil akhir. Karena, kekuasaan Allah dan ketawakalan kepada-Nya yang akan memberikan hasil terbaik untuk kita.

Sebuah kisah dari Abu Hasan Umarbin Wasil Al-Ambari, kiranya memberi gambaran kepada kita. Seorang yang bernama Sahlan bercerita bahwa dia masuk ke dalam sebuah kampung selama tujuh hari tanpa bekal makanan dan minuman. Namun, setiap kali dia butuh makan dan minum, semuanya selalu tersedia.

Kemudian beberapa waktu setelahnya, dia kembali memasuki kampung tersebut. Kali ini agak berbeda. Dia bertemu dengan seorang lelaki yang memberiku kantung uang dirham, tetapi anehnya ketika dia berjalan dan merogoh kantongnya, ternyata sudah tidak ada apa-apa. Sementara dia juga tidak mendapatkan makanan dan minuman yang biasanya tersedia. Tubuhnya pun semakin lelah dan tidak ada sedikit pun makanan.

Tak lama terdengar suara dari langit yang menyuruhnya untuk mengeluarkan semua yang ada di dalam kantong, niscaya rezekinya akan tersedia seperti biasa. Sahlan pun menyadari bahwa sepertinya ia ditegur akan “ketawakalannya” pada uang dirham yang diperolehnya. Saat itu, dia kemudian ingat bahwa di kantongnya masih ada dua dirham. Maka, ia pun segera mengeluarkan dan menyedekahkannya. Barulah setelah itu, nikmat makanan dan minuman yang biasa didapatkannya, tersedia kembali.

Dalam hidup, sebenarnya peristiwa semacam itu seringkali terjadi. Namun, kita salah bersandar. Ketika bekerja yang dikejar hanya uang atau, maka akan sangat lelah kehidupan ini dan rezeki dalam bentuk lainnya yang selama ini kita dapatkan pun menghilang.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button