NUIM HIDAYAT

Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb dan Kartosuwiryo

Di Amerika, Qutb mengamati kehidupan Amerika yang menjemukan. Dalam bukunya ‘Amerika dari Dalam’ ia menuliskan bahwa kehidupan di Amerika adalah seperti mesin. Kehidupan tanpa roh. ‘Manusia seperti benda-benda untuk kegiatan produksi.’ Ia mengritik keras kehidupan materialisme di negara besar itu. Ia juga berpesan bahwa Barat telah menguasai umat Islam baik dalam teknologi maupun tulisan. Ia menyayangkan banyaknya kaum Muslim yang tidak sadar kelemahan Barat dan akhirnya setelah pulang dari kuliah dari Barat menjadi anteka/agen mereka.

Tahun 1949 di Amerika itu, ia mengalami ‘peristiwa besar’. Yaitu terjadinya peristiwa pembunuhan Hasan Al-Banna di Mesir. Ia kaget kenapa berita pembunuhan Al-Banna diiringi dengan pesta pora tokoh-tokoh Amerika.

Ia pun akhirnya meneliti tentang sejarah Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin. Disitulah ia menemukan kehebatan Al-Banna. Hingga ia akhirnya ia membuat tulisan “Hasan Al-Banna sang pembangun yang jenius’.

Pulang dari Amerika, ia tidak ragu langsung bergabung dengan Ikhwanul Muslimin. Ia pun menjadi tokoh hebat ketika itu. Popularitasnya melebihi pimpinan Ikhwanul Muslimin. Tulisan-tulisannya terus ditunggu umat Islam di Mesir saat itu.

Seorang perwira Mesir, Gamal Abdul Nasser, melihat ketokohan Qutb ia ikut terkesima. Ia pun mendekati Qutb. Ia sering ke rumahnya dan berdialog dengan Qutb.

Tahun 1952, Nasser mengajak Qutb untuk melakukan revolusi di Mesir. Qutb menyanggupinya dan bersama Ikhwanul Muslimin melakukan revolusi di Mesir. Revolusi berhasil dan Nasser berhasil menjadi presiden.

Dalam acara peringatan revolusi yang dihadiri banyak tokoh negara, Nasser memuji-muji Qutb. Ia ‘menyatakan peran Qutb sangat besar dalam revolusi ini’. Ia menyatakan akan selalu melindungi Qutb.

Qutb yang mempunyai hati yang peka, tidak mabuk pujian dari Nasser. Bahkan dalam sambutannya di acara itu ia menyatakan bahwa ‘mungkin akan terjadi sesuatu menyangkut dirinya’.

Nasser sempat menawari Qutb untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan. Qutb menyanggupinya beberapa saat. Setelah itu ia mengundurkan diri karena melihat gaya dan arah pemerintahan Nasser yang tidak sesuai dengan idealismenya. Nasser ingin Mesir menjadi negara sosialis, sedangkan Qutb ingin Mesir menjadi negara yang Islami.

Qutb mengundurkan diri dari pemerintahan dan terus meneruskan perjuangannya lewat dakwah ceramah dan tulisan. Tulisan-tulisan Qutb cukup kritis tentang pemerintahan jahiliyah. Qutb memang mengidolakan peradaban Islam yang mulia dan merendahkan peradaban jahiliyah yang dihasilkan dari syahwat dan akal manusia yang lemah. Bukunya yang mendapat sambutan ribuan rakyat Mesir saat itu adalah Ma’alim fit Thariq (Petunjuk Jalan).

Nasser merasa Qutb menyerang dirinya. Ia pun kemudian memenjarakan Sayyid Qutb dan kawan-kawannya di Ikhwanul Muslimin. Ia melupakan janjinya akan selalu melindungi Qutb. Dan tahun 1966, ia pun akhirnya menghukum gantung Sayyid Qutb, kawannya sendiri. Penyakit hasad (dengki) terus tumbuh dalam diri Nasser, tidak mau ada tokoh Mesir yang lebih berpengaruh selain dirinya.

Sayyid Qutb yang hebat dan pahlawan Islam itu, sejarahnya ditulis buruk oleh para orientalis Barat dan cendekiawan Mesir yang sekuler. Para orientalis mengagungkan Nasser dan menenggelamkan menjelek-jelekkan Sayid Qutb, Maka hati-hatilah membaca sejarah.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya
Back to top button