NUIM HIDAYAT

Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb dan Kartosuwiryo

Hasan Al-Banna, 43 tahun (1906-1949). Hari itu ia bersama kawannya naik mobil setelah mengunjungi markas Ikhwanul Muslimin. Tiba-tiba lampu di sekitar mobil itu dimatikan. Tokoh besar Islam ini mobilnya diberondong tentara Mesir. Ia meninggal seketika. Ketika pemakamannya pemerintah Mesir hanya membolehkan keluarganya yang mengiringi pemakaman jenazahnya.

Hasan Al-Banna bukan orang sembarangan. Sejak remaja ia telah bergelut dalam dakwah Islam. Bakat kepemimpinannya telah terlihat sejak muda dimana ia mengajak kawan-kawannya membentuk ‘organisasi melawan kemungkaran’.

Setelah menyelesaikan Pendidikan Islam di Al-Azhar dan terlihat aktif dalam dakwah di Mesir, akhirnya ia mengajak kawan-kawannya untuk membentuk organisasi Islam di Mesir. Organisasi itu tidak ia namakan ‘Ikhwanul Mishriyun’ tapi Ikhwanul Muslimin. Ia ingin menyatukan semua umat Islam, baik di Mesir atau di negara-negara lain.

Berdiri tahun 1928, organisasi Ikhwan mendapat sambungan hangat masyarakat Mesir. Bukan hanya orang awam yang gabung, para ulama, cendekiawan Islam banyak yang sukarela bergabung dengan Ikhwan. Mereka melihat keikhlasan dan kecerdasan Hasan al Bana, sang Imam dalam upayanya membangun masyarakat Mesir.

Sang Imam memang hebat. Bukan hanya pandai berorasi, ia juga pandai mengatur organisasi. Akhlaknya pun mulia. Maka tidak heran saat ia memimpin, ‘jutaan orang Mesir’ gabung dalam organisasinya.

Selain melakukan pendidikan intensif ke masyarakat, Ikhwan juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang menyentuh. Ketika sang Imam masih hidup, Ikhwan menjadi organisasi yang sangat berpengaruh di Mesir.

Pengaruh Ikhwan kini bukan hanya ke sosial ekonomi, tapi juga menyentuh ke politik. Hasan al Bana memang kritis terhadap politik di Mesir dan politik internasional. Ia ‘mempat mengirimkan pasukan’ untuk melawan Israel di Palestina saat itu.

Raja Mesir dan pengawalnya dengki melihat pengaruh Hasan al Bana meluas di masyarakat Mesir. Begitulah pemimpin biasanya tumbuh rasa hasad (dengki) dalam dirinya, ketika rakyat lebih mendengarkan sang Imam daripada dirinya. Maka dibuatlah rekayasa dengan tuduhan bermacam-macam kepada Ikhwan, hingga akhirnya sang Imam dibunuh (syahid).

Sayyid Qutb (1906-1966) adalah ulama Mesir yang hebat. Ia ahli sastra, ahli pendidikan, hafal al Quran dan penulis (dan orator) yang hebat. Mujahid dan mujtahid pantas disematkan dalam dirinya.

Ia menulis lebih dari 30 kitab. Tulisan-tulisannnya baik di media massa maupun buku, selalu best seller. Mendapat sambutan dari masyarakat, khususnya aktivis Islam di Mesir saat itu bila artikelnya keluar di media. Syekh Yusuf Qaradhawi adalah salah satu pengagum tulisan Sayyid Qutb. Abdullah Azzam sang pelopor jihad Afghan juga mengidolakan Qutb. Begitu pula ahli sejarah Islam Syekh Shalah Abdul Fattah al Khalidy juga sangat mengagumi perjalanan hidup dan karya-karya Sayyid Qutb.

Meski ilmunya cukup banyak dan tulisannya mempunyai banyak penggemar, Sayyid Qutb merasa harus mendapat ilmu dari luar negeri. Maka pergilah ia kemudian ke Amerika untuk menambah ilmu tentang Pendidikan.

Dalam kapal di perjalanan ke Amerika, Qutb pernah digoda wanita cantik. Wanita itu datang ke kamarnya menawarkan seks, tapi Qutb menolak. Qutb juga berdakwah saat di kapal itu.

1 2 3 4Laman berikutnya
Back to top button