Ibunda Sarah, Cerminan Kecantikan Hakiki
Suatu ketika Nabi Ibrahim dan Sarah hijrah dari Syam ke Mesir. Kala itu raja Mesir yang berkuasa adalah seorang yang gemar berpesta dan berbuat keji. Setiap kali mendengar ada seorang wanita cantik, pasti akan dia nikahi. Jika si wanita berstatus sebagai istri seseorang, maka ia memaksa wanita itu bercerai dari suaminya, namun jika berstatus saudari seseorang maka ia akan melepaskannya.
Ketika sang raja mesir mendengar informasi ada seorang lelaki (Nabi Ibrahim) memasuki Kota Mesir bersama seorang wanita yang memesona, sang raja pun mengirim utusan untuk menemui Nabi Ibrahim dan menanyakan perihal status ibunda Sarah.
Dalam pertemuan itu, Fir’aun (gelar raja di Mesir) bertanya pada Nabi Ibrahim. “Siapa wanita itu?” Nabi Ibrahim pun menjawab, “Ia adalah saudariku.”
Mendengar jawaban tersebut, Fir’aun melepaskan Nabi Ibrahim dan meminta agar Sarah dibawa ke istana. “Dandanilah dia, kemudian kirim dia padaku agar aku dapat melihatnya,” perintah sang raja.
Nabi Ibrahim a.s pun pulang menemui istrinya. Ia berkata, “Sesungguhnya penguasa zalim, Fir’aun, telah bertanya kepadaku tentang dirimu. Lalu aku memberi tahu kepadanya bahwa kamu adalah saudara perempuanku.”
“Jangan memberi tahu kebohonganku kepadanya karena sesungguhnya di dalam kitab Allah, kamu adalah saudara perempuanku (dalam Islam),” lanjut beliau.
Kemudian Sarah dibawa ke istana oleh utusan sang Fir’aun. Hatinya berkecamuk dan rasa takut menyelimuti dirinya. Sesampainya di istana, pelayan Fir’aun telah menyiapkan semua kebutuhannya dan memberikan pakaian yang begitu indah. Perasaan Sarah sangat sedih karena harus berpisah dengan suaminya dan takut tersentuh oleh Fir’aun yang jahat.