BEAUTY

Ibunda Sarah, Cerminan Kecantikan Hakiki

Ibunda Sarah kemudian mengadu kepada Allah SWT. Ia beribadah dan bersujud, kemudian mengadukan kesedihannya. Ia memohon perlindungan kepada Allah “Ya Allah, jikalah Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu, mengetahui bahwa aku menjaga kehormatanku untuk suamiku, maka janganlah kau jadikan raja kafir itu berkuasa atasku,” Ibunda Sarah berdoa sembari menangis.

Ibunda Sarah kemudian bertemu dengan Fir’aun. Melihat kecantikannya, timbul nafsu dalam diri Fir’aun. Berkali-kali sang raja ingin menyentuh Sarah, namun tangannya terasa lumpuh. Fir’aun tak mampu bergerak. Tangannya terpaku di dada.

Fir’aun kemudian berkata pada ibunda Sarah, “Aku berjanji tak akan mengganggumu. Mohonlah kepada Tuhanmu agar melepaskan tanganku. Sungguh, aku tidak akan menyakitimu.” Ibunda Sarah kembali berdoa, “Ya Allah, jika benar yang ia katakan, maka bebaskanlah tangannya.”

Allah Ta’ala kemudian mengabulkan doanya. Tangan sang raja pun terbebas dan ia sembuh dari kelumpuhannya. Namun, ia mengingkari janjinya. Ia kembali mendekati Sarah setelah tangannya dapat kembali bergerak. Kejadian yang sama pun terulang hingga tiga kali. Dan sebanyak itu pula Fir’aun memohon kepada ibunda Sarah agar berdoa kepada Allah untuk membebaskannya dari kelumpuhan tangannya.

Fir’aun akhirnya menyerah. Ia justru ketakutan dengan kemampuan ibunda Sarah dalam membentengi diri. Ia menuduh Sarah adalah makhluk halus serupa setan yang melakukan tipu daya. Fir’aun segera memanggil pengawalnya dan berkata, “Kau bukanlah membawa seorang wanita, melainkan membawa setan.”

Fir’aun lalu memerintahkan pengawal membawa kembali Sarah kepada Nabi Ibrahim a.s. Sebelum pulang, raja memberikan seorang budak kepada Sarah sebagai hadiah. Budak itu cantik seperti Sarah. Ia adalah Siti Hajar. Saat tiba di rumah, Ibrahim bertanya kepada Sarah, “Apa yang terjadi?” Lalu, Sarah menjawab, “Allah telah menolak tipu daya raja kafir itu dan ia memberiku seorang pelayan wanita.”

Itulah ibunda Sarah, cerminan kecantikan yang hakiki dan namanya disebutkan di Al-Qur’an agar sejarah hidupnya menjadi teladan tertinggi akhlak yang mulia bagi seluruh wanita di seluruh zaman. Sebagai teladan bahwa seorang wanita haruslah senantiasa menjaga kehormatannya, menjadikan rasa malu sebagai perhiasanya dan tak membiarkan dirinya terlena akan dunia yang fana.

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR Muslim). []

Dian Salindri
Ibu Rumah Tangga, tinggal di Depok, Jabar.

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button