Isu Radikal-Terorisme Mejeng Kembali, Kemana Arahnya?
Padahal mayoritas masyarakat sudah memahami, jika penerapan syariat Islam kaffah adalah jalan terbaik dalam menyelesaikan seluruh krisis multidimensi yang dialami negeri ini. Karenanya menjadi hal yang wajar saja jika kemudian banyak terjadi keraguan atas kebenaran pemberitaan aksi terorisme yang dilakukan oleh seorang perempuan bercadar beberapa waktu lalu.
Di samping itu, sebab negeri ini, adalah negara satelit, yang mengikuti garis orbit negara besar, maka menjadi wajar jika setiap kebijakan yang diambil akan selalu disesuaikan dengan kepentingan negara besar. Sehingga jika negara besar melakukan dan menjalankan agenda war on terrorism, maka mau tidak mau negara satelit pun akan mengikuti agenda dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh negara besar.
Walaupun kadangkala kebijakan dan agenda yang telah ditetapkan negara besar tidak cocok diterapkan di negeri ini, sebab mayoritas penduduknya adalah muslim yang sedikit banyak keberpihakannya kepada Islam dan ajarannya lebih besar dibanding kepada yang lain, walaupun mungkin tidak utuh.
Sehingga terjadi tarik ulur yang sangat besar, agar agenda negara besar tetap bisa dijalankan tanpa harus melukai dan menyinggung perasaan mayoritas penduduknya yang muslim. Maka jadilah negeri ini tetap dalam dekapan sekulerisme.
Nahasnya, sebab mayoritas penduduknya muslim, maka tingkat memberi maafnya pun tinggi, walaupun berkali rupa di bohongi, dilecehkan hingga dilukai, namun mayoritas masyarakat muslim ini tetap memaafkan agenda buruk negara besar dalam mendeskreditkan dan menstigmatisasi negatif ajaran Islam.
Mayoritas kaum muslimin dinegeri ini kadang juga terkena amnesia akut, lupa jika ia seringkali dilukai tubuhnya hanya untuk melanggengkan kekuasaan para agen negara besar adidaya yang duduk dikursi kekuasaan.
Demikianlah, seolah opini publik yang ingin diraih dari peristiwa aksi terorisme yang dilakukan perempuan bercadar tersebut tetap hanya untuk menggiring opini untuk melanggengkan permusuhan terhadap Islam, ajarannya, dan simbol-simbolnya.
Dan mungkin jika memungkinkan agar para bakal calon pemimpin negeri ini di masa depan tetap dengan agenda sekulernya dan menolak pemberlakuan syariat secara kaffah, yang berarti menolak turunnya rahmat di negeri ini. Wallahua’lam. []
Ummu Nazry Najmi Nafiz, Pemerhati Generasi dan Kebijakan Publik.