NUIM HIDAYAT

Jangan Remehkan Islamisasi Budaya

Maka jangan heran, Sunan Kalijaga misalnya tetap menjaga budaya wayang yang saat itu telah berkembang di masyarakat. Tokoh Wali Songo ini bukan menghilangkan wayang, tapi justru malah melakukan Islamisasi wayang. Ia menyampaikan pesan-pesan Islam dalam pertunjukan wayang.

Begitu pula yang dilakukan Sunan Bonang. Karena melihat budaya masyarakat saat itu tidak mau makan sapi, maka wali ini menyerukan kepada masyarakat Kudus agar makan kerbau saja. Di Kudus sampai saat ini, sotonya yang terkenal menggunakan daging kerbau bukan daging sapi.

Beberapa wali atau kiai saat itu juga tidak melarang orang mengadakan slametan (sesajen makanan). Mereka mengubahnya. Dari sesajen makanan yang biasanya dihidangkan untuk pohon atau laut, diubah agar dihidangkan untuk sesama manusia. Sambil melakukan pengajian atau tahlilan, maka masyarakat setelah itu makan bareng-bareng.

Begitulah cara dakwah yang bijak. Termasuk misalnya dalam hal musik yang saat ini banyak digandrungi masyarakat, baik tua atau muda. Daripada mengharamkan musik, lebih baik mengislamkan musik. Mengisi syair-syairnya dengan syair Keislaman dan keilmuan. Memisahkan penonton laki-laki dan perempuan dalam pertunjukan music dan sebagainya.

Islam adalah agama peradaban. Yakni Islam membentuk budaya. Islam tidak memusuhi budaya. Budaya adalah sesuatu hasil kreativitas manusia. Ia bisa berbentuk benda, seni, tulisan, teknologi dan lain-lain.

Islam bukan sekadar ajaran ibadah ritual dan membahas soal-soal akhirat. Islam datang untuk mengubah dunia agar lebih beradab. Islam datang untuk membawa keadilan dan kemakmuran di dunia. Islam datang untuk membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.

“Islam is much more than a religious system. It is a complete civilization.” (Mohammad Natsir mengutip orientalis HAR Gibb).

Nuim Hidayat, Anggota MIUMI dan MUI Depok.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button