NUIM HIDAYAT

Jangan Remehkan Islamisasi Budaya

“Saya kurang suka dai itu. Kenapa dia pakai gamis terus?” kata KH A. Cholil Ridwan kepada saya suatu ketika. Kiai Cholil adalah senior di MUI Pusat dan kiai yang terkenal pandai dalam berorganisasi. Ia terus terang tidak suka bila seorang dai agar dianggap alim, kemudian pakai gamis atau pakaian kearab-araban (laki-laki). Ia lebih suka dai atau kiai Indonesia berpakaian celana atau sarung dengan kopiah ala Indonesia. Kiai Cholil lulusan Universitas Islam Madinah, tapi ia bisa membedakan antara budaya Arab dan budaya Islam.

Pendapat Kiai Cholil ini mirip dengan almarhum KH Ali Musthofa Ya’kub. Kiai Ya’kub yang juga lulusan Saudi, tidak suka mubaligh yang berpakaian ala Arab. Ia sering menyatakan bahwa keislaman seseorang bukan diihat dari pakaian gamis atau surbannya, tapi dari ilmu dan akhlaknya.

Memang banyak diantara kaum Muslim tidak bisa membedakan antara Arab dan Islam. Diantara mereka ada yang ingin mencontoh Islam seperti orang Arab. Maka mereka mengambil pendapat sebagian ulama Arab –meski kadang salah- menjadi pendapatnya. Seperti misalnya di Saudi tidak ada demonstrasi, maka haram demonstrasi. Di Saudi tidak ada partai, maka haram berpartai. Di Saudi ulama-ulamanya berpakaian gamis, maka kita harus berpakaian gamis pula dan seterusnya.

Kaum Muslim perlu mencermati perubahan dunia Arab sekarang. Dunia Arab saat ini beda dengan dunia Arab ketika Rasulullah dan para sahabat hidup. Kini dunia Arab banyak tersekulerkan. Maka jangan heran, Saudi tidak berkembang ilmu dan teknologinya. Begitu juga Yaman, Uni Emirat Arab dan lain-lain.

Arab adalah seperti bangsa Eropa, China, Melayu dan lain-lain. Ada diantara mereka yang baik dan yang tidak. Ada yang adil dan ada yang zalim.

Islam datang dulu mengubah bangsa Arab menjadi bangsa yang Islami. Bangsa yang tidak diperhitungkan dunia, menjadi bangsa ‘penguasa dunia’. Sebagaimana Islam membuat maju dan mewarnai Eropa, Afrika, Melayu dan lain-lain.

Ketika dunia Arab meninggalkan Islam, maka ia menjadi terhina kembali. Sebagaimana kini terjadi di sana. Pemimpin-pemimpin di dunia Arab banyak yang zalim dan membuat bangsanya tidak maju dan berkembang ilmu dan peradabannya.

Budaya Melayu

Kita bersyukur lahir di alam Melayu Nusantara. Islam hadir ke dunia Melayu lewat jalan perdamaian, lewat dakwah dan perdagangan internasional. Islam yang hadir pada abad ke-7 atau ke-8 ke Nusantara ini membawa ilmu dan peradaban yang tinggi. Sehingga tidak mengherankan, dalam waktu yang pendek penduduk di Nusantara ini berbondong-bondong masuk Islam. Bayangkan dari nol persen menjadi hampir seratus persen.

Ini patut disyukuri. Salah satu keberhasilan penyebaran dakwah Islam yang pertama di Nusantara ini adalah dengan pendekatan budaya. Maksudnya rakyat didakwahi atau didekati dengan memperhitungkan budaya yang berkembang di kalangan mereka.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button