Kain Kafan untuk Para Pembisu Kezaliman
“Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat. Tapi, karena diamnya orang-orang baik”.
Bisunya orang-orang baik terhadap kemaksiatan yang terjadi di depan matanya, membuat kejahatan tersebut langgeng berlangsung terus menerus. Kondisi orang yang seperti ini ibaratnya tubuh yang telah mati. Sehingga kain kafanlah yang cocok untuk mereka.
Zalim dapat diartikan sebagai meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dalam Syarah Riyadush Sholihin (2/486), Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan, zalim itu adalah an naqsh (bersikap kurang). Yang dimaksud bersikap kurang di sini bisa jadi berupa melakukan hal yang tidak diperbolehkan bagi seseorang, atau melalaikan apa yang diwajibkan baginya. Oleh karena itu zalim berporos pada dua hal ini, baik berupa meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram.
Beranjak dari makna tersebut, maka akan dijumpai fakta bahwa kezaliman telah banyak terjadi di tengah kehidupan umat saat ini. Yaitu saat banyak sekali kewajiban-kewajiban yang semestinya ditegakkan oleh umat Islam tidak dapat dilakukan. Bahkan kaum muslim saat ini hidup dalam sebuah sistem kehidupan yang jauh dari aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Padahal dalam penciptaan manusia, Allah telah menetapkan tujuan hidup mereka adalah untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana firmannya dalam ayat berikut;
“dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku…” (TQS. Adz Dzariyat [51]: 56)
Allah pun telah mengingatkan manusia agar berhukum hanya dengan hukum yang diturunkan olehNya, seperti dalam firmanNya;
“…..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang yang zalim.” (TQS. Al Maidah [5]: 45)
Padahal Allah telah mencela dan melarang untuk berbuat zalim.
“Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.” (QS. Hud [11]: 18).
Namun kini, dimana-mana kezaliman bertebaran. Kaum muslim diatur dengan sistem aturan yang menjauhkan mereka dari agamanya. Bahkan mereka yang teguh pada agamanya justru dilabeli dengan berbagai predikat negatif, seperti radikal, teroris, dan tidak sedikit yang dikriminalisasi.