KHOTBAH

Khotbah Idul Adha 1442 H: Spirit Mengagungkan Syiar Kurban

Allahu Akbar 3x walillahil hamd
Kaum muslimin rahimakumullah,

Keempat, pentingnya dimensi ritual dalam spirit membesarkan Idul Adha dan menyembelih kurban,

Sebagai ibadah utama dalam Idul Adha, menyembelih hewan kurban adalah ritual yang sangat bermanfaat buat umat Islam. Setiap pekurban yang menyembelih kurban dengan niat ikhlas lillahi ta’ala jelas akan mendapatkan pahala sangat besar dan ridlo Allah SWT dan sembelihannya itu akan menjadi penghalang baginya dari api neraka. Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

«مَنْ ضَحَّى طَيِّبَةً بِهَا نَفْسُهُ، مُحْتَسِبًا لِأُضْحِيَّتِهِ؛ كَانَتْ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ»

“Siapa saja yang menyembelih kurban dengan senang hati, berusaha menggapai pahala dan ridlo-Nya, maka ritual sembelihan kurbannya itu akan menjadi hijab/penghalang baginya dari api neraka” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir lit Thabrani Juz 3/84).

Larangan Rasulullah Saw. kepada orang yang tak mau berkurban padahal dia mampu berkorban untuk mendekati musolla Nabi Saw. maknanya adalah dia tak layak tidak diakui sebagai bagian dari jamaah kaum muslimin, umat Nabi Muhammad Saw. Bayangkan jika larangan itu ternyata berlaku pada hari kiamat di padang mahsyar nanti dimana kita semua sangat butuh dengan syafaat baginda Rasulullah Saw.?!

Oleh karena itu, pesiapkanlah diri kita dengan menabung maupun giat berusaha agar kita senantiasa bisa berkurban dan kembali menyembelih kurban tiap tanggal 10-13 Dzul Hijjah untuk membesarkan syiar Allah sebagai umat Islam, umat Nabi Muhammad Saw., dengan ketaqwaan untuk mencari ridlo Allah SWT. Apalagi dalam doa iftitah dalam sholat lima waktu kita mengucapkan :

إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya sholatku, kurbanku, hidupku, dan matiku untuk Allah Rabbul Alamin” (HR. Imam As Syafi’i dalam Musnad Syafi’i Juz 1/257).

Allahu Akbar 3x walillahil hamd
Kaum muslimin rahimakumullah,

Kelima, pentingnya dimensi sosial dalam spirit membesarkan Idul Adha dan menyembelih Kurban.

Dimensi social dari ibadah penyembelihan kurban ini dapat kita fahami dari sabda Nabi saw.:

” مَنْ ضَحَّى قَبْلَ الصَّلَاةِ فَإِنَّمَا ذَبَحَ لِنَفْسِهِ , وَمَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِينَ “.

”Siapa yang menyembelih kurban sebelum sholat Ied berarti dia telah menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan siapa saja yang menyembelih setelah sholat Ied berarti sempurna kurbannya dan mendepatkan sunnah kaum muslimin” (HR. Baihaqy dalam As Sunan Al Kubra Juz 9/464).

Ketika menerangkan makna membesarkan dalam firman Allah SWT “waman ya’azzhim sya’aairallah” (QS. Al Hajj ayat 32) Imam Jalalain dalam tafsirnya mengatakan dengan menyembelih yang paling bagus dan paling gemuk. Ini maknanya ada dimensi sosial dalam melaksanakan syariat ibadah Kurban, yakni dengan daging yang lebih banyak dan lebih bagus atau lebih sehat.

Baginda Rasulullah Saw. juga mengajarkan kepada kita dalam mengagungkan syiar Hari Raya Kurban, agar kita berkurban dengan menyembeih hewan kurban yang paling bagus.

Sayyidina Umar bin Al Kh aththab r.a. pernah mengatakan kepada Rasulullah Saw. bahwa dirinya punya Onta Najibah yang sangat tinggi harganya yakni 300 Dinar, atau sekitar Rp750 Juta Rupiah, setara dengan sekitar 30 onta biasa. Dia mau menjual onta itu untuk dibelikan dengan onta biasa untuk dikorbankan.

Tapi Rasulullah menyuruh agar Umar r.a. menyembelih onta Najibah yang sangat mahal tersebut. Sayyidina Umar r.a. menyembelihnya sesuai perintah Rasulullah Saw. tersebut. Artinya, kalau kita mampu berkorban dengan menyembelih sapi lemousin, maka sembelihlah, jangan menyembelih sapi biasa. Kalau kita mampu berkorban dengan empat sapi, maka sembelihlah satu ekor sapi tiap hari dari tanggal 10 sampai dengan tanggal 13 Dzulhijjah. Sehingga masyarakat di sekitar kita bisa makan daging kurban setiap hari dan semarak Idul Adha demikian terasa.

Alangkah indahnya bila selama empat hari raya Idul Adha (10,11,12,dan 13 Dzul Hijjah) masjid-masjid kita menyembelih kurban, mengumandangkan takbir, dan menyediakan makan siang gratis dengan berbagai menu dari hewan kurban. Inilah makna mengagungkan syiar agama Allah!

Untuk itu perlu gerakan umat untuk mengagungkan syiar-syiar agama Allah SWT untuk mencari keridloan-Nya sebagaimana firman-Nya:

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

Demikianlah dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS. Al Hajj 32).

Allahu Akbar 3x walillahil hamd
Kaum muslimin rahimakumullah,

Akhirnya marilah kita tundukkan diri kita kepada Allah SWT dengan khusyu dan ikhlas memohon kepada-Nya agar Dia SWT berkenan mempersatukan hati umat Islam, baik para pemimpinnya maupun para pengikutnya, para ulamanya maupun para umaranya, para cendekiawan maupun orang awamnya, orang kaya maupun duafanya, kaum tua maupun kaum mudanya, kaum lelaki maupun kaum perempuannya, semuanya bersatu dalam kalimat Tauhid “Laailaha Illallah Muhammad Rasulullah Saw” dan saling bahu-membahu untuk berjuang mengatasi bencana Covid-19 dan krisis ekonomi, lapangan kerja, serta krisis-krisis yang lain yang mengikutinya dengan melakukan tobat nasional, serta gerakan kembali memakmurkan masjid-masjid Allah, munajat kepada-Nya, berpegang teguh kepada Kitabullah dan hukum-hukum Tuhan yang Maha Esa.

رَبَّنَا قد مَسّناَ الضُّرُّ و انْتَ ارحَمُ الرًّاحِمِيْنَ
اللهمَّ يا الله يا قَاهر ياعَزِيز يا خَبِير انت كاشِفُ العذَاب انت كاشِفُ الغَمّ انت كاشِفُ الضرّ
لا كاشِفَ الضرِّ الا انتَ فَاكْشِفْ عنّا ضُرَّ كورونا بِرَحمتك يا ارحمَ الرَّاحمين

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه و سلم والحمد لله رب العالمين
الله اكبر الله اكبر لااله الاّ الله و الله اكبر الله اكبر ولله الحمد.

Muhammad G.S. al Khaththath
Sekjen FUI/Presiden GISS

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button