SUARA PEMBACA

Kontroversi Al-Zaytun: Menanti Sikap Tegas Tuan Penguasa

Semakin banyak berbicara, semakin kelihatan isi pemikirannya. Itulah pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Panji Gumilang. Setiap pernyataannya selalu menimbulkan kontroversi. Bermula dari video shalat Idul Fitri di Al-Zaytun yang menempatkan perempuan di shaf depan bersama laki-laki. Saat dikonfirmasi, Pandji Gumilang berseloroh bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam urusan shaf shalat (sumatera.suara.com, 02/05/2023).

Kontroversi demi kontroversi keluar dari mulut pimpinan Ponpes terbesar se-Asia Tenggara itu. Panji Gumilang menyebut Al-Qur’an bukan kalam Allah, namun kalam Nabi Muhammad Saw. yang didapat dari wahyu (wartakota.tribunnews.com, 16/06/2023). Sebelumnya juga beredar video saat dia mengajarkan para santri untuk mengucapkan salam Yahudi (Republika.co.id, 12/05/2023). Teranyar, Panji mengatakan bahwa keturunan Nabi Muhammad Saw. adalah identitas yang aneh (tvonenews.com, 19/06/2023). Dalam salah satu video yang beredar, Panji mengatakan ibadah haji tak perlu ke Mekkah sebab Indonesia tanah yang suci, jadi tak perlu jauh-jauh (video.tribunnews.com, 19/06/2023). Ada pula video yang menunjukkan tata cara azan di Al-Zaytun yang berbeda dari masyarakat umum.

Atas segala kontroversi yang menyimpang dari ajaran Islam itu, timbullah keresahan di tengah-tengah masyarakat. Aksi geruduk pun tak terelakkan. Ribuan massa dari gabungan ormas di Indramayu mendatangi Ponpes Al-Zaytun pada Kamis, 22/06/2023. Sempat terjadi aksi saling dorong antara massa dan pendukung Panji Gumilang. Tak tanggung-tanggung, Polres Indramayu telah mengerahkan 1.200 personelnya untuk berjaga di lokasi (liputan6.com, 22/06/2023).

Kesan Pembiaran

Kontroversi Al-Zaytun sebenarnya telah berlangsung lama. Mulai dari dugaan terlibat NII hingga kontroversi pernyataan Panji Gumilang. Namun tak pernah ada tindakan tegas dari pemerintah.

Bahkan MUI telah membuat tim khusus yang bekerja selama empat bulan untuk menemukan fakta Al-Zaytun pada 21 tahun yang lalu. Diantara temuan MUI, terdapat afiliasi kuat antara Al-Zaytun dan NII KW IX. Terdapat penyimpangan paham keagamaan dan ajaran Islam seperti mengafirkan kelompok di luar organisasi mereka (tempo.co, 24/06/2023).

Pada tahun 2007, MUI telah mengeluarkan fatwa tentang kriteria aliran sesat. Ada sepuluh kriteria aliran sesat, diantaranya mengingkari salah satu rukun iman yang 6, meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah, dan mengakafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i seperti mengkafirkan Muslim hanya karena bukan kelompoknya (republika.co.id, 26/10/2017).

Berdasarkan kriteria tersebut serta merujuk pada hasil investigasi MUI pada Al-Zaytun, ditambah pernyataan kontroversi plus video viral kegiatan di Al-Zaytun, maka secara kasat mata orang awam pun bisa menyimpulkan. Pertanyaannya, mengapa tidak ada tindakan tegas terhadap Al-Zaytun hingga saat ini?

Sekularisme Liberal Penyebabnya

Berlarut-larutnya polemik Al-Zaytun mencerminkan beberapa hal. Pertama, sistem sekuler tak mampu dan tak mau menjaga akidah umat. Sekularisme menuntut pemisahan antara agama dan kehidupan. Sehingga negara yang berasas sekuler takkan responsif pada hal-hal yang membahayakan akidah umat. Jika ada laporan atau terjadi gesekan di tengah masyarakat, barulah direspon dengan seadanya dan seperlunya.

Kedua, liberalisme adalah nafas hidup sistem sekuler. Sebagai akibat asas sekuler yang menegasikan aturan Allah SWT dalam kehidupan, maka manusia dibiarkan bebas mengatur hidupnya sendiri. Termasuk beragama. Di sistem sekuler liberal, gonta-ganti agama adalah hal yang biasa. Bahkan tak beragama atau atheis pun tak masalah. Sebab dijamin oleh konstitusi juga Hak Asasi Manusia (HAM).

Ketiga, tak ada sanksi tegas bagi penista agama. Silih berganti aliran sesat dan sekte sempalan yang mengatasnamakan Islam. Sebagian ada yang sudah dibubarkan namun masih ada yang eksis hingga saat ini. Sebutlah Ahmadiyah yang dipimpin oleh Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku Nabi. Sekte Salamullah yang dipimpin oleh Lia Eden sang Jibril, menggabungkan cara ibadah Islam dan Kristen. Al Qiyadah Al Islamiyah dengan nabi palsunya si Ahmad Musadeq. Lia Eden dan Ahmad Musadeq pernah di penjara beberapa tahun. Dan ketika selesai masa tahanannya, mereka kembali menyebarkan aliran sesatnya. Tak ada efek jera.

Walhasil, aliran sesat akan tumbuh subur di negeri yang menganut sistem sekuler liberal. Lebih parah lagi jika ternyata dilindungi oleh rezim dan pucuk pimpinan rezim pun diam seribu bahasa. Akidah rakyat takkan bisa aman jika di sistem sekuler liberal.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button