REMAJA

Kuasai Muqaddimah al-Jazary: Hafizah Muda Bogor ini Punya Sanad Langka

Bogor (SI Online) – Berjaket ala aktivis mahasiswi, kacamata dan berniqab. Siapa sangka Muslimah satu ini adalah satu di antara pemegang sanad tertinggi untuk tajwid Muqaddimah al-Jazary, kitab tajwid al-Qur’an yang jadi rujukan dari Barat hingga Timur Dunia Islam. Ia adalah Qori dan Hafizah muda Bogor, al-Ustazah Syadza Azhari.

Dilihat dari sanad Muqaddimah al-Jazary yang dimilikinya, bahkan ada yang hanya berjarak 12 syaikh (guru) saja dari hujjatul qurro al mujawwad Imam Ibnul Jazary berdasarkan silsilah ijazah sanad secara matan dan riwayat. Ada pun dengan syarah dan talaqqi berjarak 15 guru, di antaranya didapatkan dari Ustaz Ilham Martasya’bana, pengasuh Markaz al-Qur’an Ahlul Adaa, komunitas pembinaan Qiroat ‘Asyaroh al-Qur’an di kota Bogor.

Di antara jalur sanad qiroat dan tajwid yang dimiliki hafizah muda tersebut, ada jalur sanad dari Syaikh Muhammad Mahfudz Tremas menjadi andalan. Selain langka, Syaikh Mahfuzh Tremas ialah qori, muhaddits, sekaligus ulama besar Nusantara abad 19, yang mensyarah Thoriq Thoyyibatun Nasyr, nazhom qiroat ‘asyaroh kubro. Judulnya Ghunyatut Thalabah syarah Thoyyibah (Thoyyibatun Nasyr).

Mungkin, beliaulah satu-satunya ulama yang mensyarah thoyyibatun Nasyr qiroat 10 al-Qur’an dari Asia Tenggara secara lengkap. Tidak semua murid-murid Syaikh Mahfudz memiliki jalur sanad qiroatnya. Ustazah Syadza menjadi sedikit saja hafizah yang memiliki jalur sanadnya. Di samping ia juga memiliki silsilah sanad tajwid ke Syaikh Kuroyyim Rojih, musnid dunia di bidang tajwid dan al-Qur’an di zaman ini.

Selain itu, Ustazah dan Qori muda berdarah Sunda ini memang mengikuti pembinaan guru qiroat, serta kaderisasi di Markaz al-Qur’an Ahlul Adaa di Masjid Dakwah Imam Mahdi Cifor, Bubulak-Bogor. Ahlul Adaa sendiri adalah sebutan khusus dalam tradisi ilmu qiroat sab’ah dan ‘asyaroh untuk para ulama qiroat yang berdedikasi tinggi dalam ilmu ragam bacaan al-Qur’an tersebut. Dalam hal ini, al-Ustazah Syadza sedang pembinaan intensif untuk program jangka panjang menjadi syaikhah di bidang al-Qur’an.

“Benar, kaderisasi untuk akhwat di bidang Qiroat ‘Asyaroh di negeri ini tergolong minim, ia sendiri sangat berpotensi untuk jadi qurro atau ahlul adaa di bidang qiroat. Mengingat pencapaiannya yang sangat baik sekali, usia 18 tahun Allah mengkaruniakannya hafalan al-Quran di masa ia mondok di Tasikmalaya, sedangkan usia 21 tahun ia sudah mendapat sanad al-Quran dan muqaddimah al-Jazary dengan sanad aly,” ujar pembina Markaz al-Qur’an Ahlul Adaa Bogor, Ustaz Ilham.

“Saya ingat ketika di suatu sore beberapa waktu lalu, ia setorkan Muqaddimah al-Jazary dengan lancar, mutqin alhamdulillah,” ia setorkan dalam kurang dari waktu 15 menit. Lalu diuji dalam syarahnya, ternyata lancar juga dalam telaah makna nazhomnya.” Lanjutnya.

Prestasi tersebut tak membuatnya ujub, bahkan sosoknya tenang dan rendah hati. Ia kini lebih bersemangat dengan kajian qiroat al-Quran.

Ustazah yang baru genap berusia 21 tahun ini menjelaskan, “saya juga hendak belajar pendalaman dalil Syathibiyyah, ad-Durroh dan Thoyyibatun Nasyr dalam qiroat al-Quran. Untuk mendalilkan kenapa suatu qiroat dan riwayat al-Quran di baca begini, dibaca beragam.”

Balutan jaket ketat dengan beratribut yang membalut pakaiannya ini bisa membuat orang mengira bahwa ia adalah aktivis mahasiswi, atau aktivis pergerakan Muslimah. Dibalik figurnya yang sangat berprestasi itu, ia diharapkan oleh syaikhnya agar dalam jangka waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan bisa menjadi syaikhah (alimah) qiroat baik di kota Bogor atau di tanah kelahirannya, Tasikmalaya.

Tanda kealimannya dalam ilmu tajwid dibuktikan salah satunya dari topik perbincangan apabila mengajaknya bicara. Hampir setiap pembicaraan, dipenuhi dengan ragam wawasan tajwid dan qiroat al-Qur’an. Tidak berlebihan jika ilmu ini sudah mendarah daging mengingat ia menghafalkan al-Quran sejak usia SMP.

“Awalnya terpaksa untuk mondok, bahkan awalnya saya enggak suka (minat) ilmu tajwid, tapi lama-lama malah ilmu tajwid dan qiroat yang saya geluti,” ungkapnya terus terang.

Prestasi lain, ialah dalam kealiman di kitab Tuhfatul Athfal yang dikenal pula menjadi standar ilmu tajwid. Ustazah muda ini memiliki beberapa jalur sanad dalam ijazahnya, di antaranya dari musnid dunia Imam Muhammad Mutawalli dan Syaikh Bakri Thorobisy, dari gurunya, Ustazah Aulia Ghalbi.

Tim Media Markaz al-Qur’an Ahlul Adaa

Artikel Terkait

Back to top button