Kurban untuk Kampung Mualaf di NTT
Desa Ma’u Welu di Kec Nangaroro, Kab Nagekeo, NTT, juga merindukan kurban. Warga muslim 48% dari total penduduk desa. Kondisinya mualaf berkepanjangan karena tiada pembinaan dai.
Kiriman kurban insya Allah akan menghibur dan menguatkan keimanan mereka.
Sedang Ustaz Rahman Al-Farisi, dai alumnus STID M Natsir, harus mondar-mandir seputar tiga kampung sekaligus.
Awalnya, ia dikirim untuk berdakwah di Desa Horinara, Kec Kelubagolit, Kab Flores Timur. Beberapa bulan rutin membina anak-anak dan masyarakatnya, ia lalu digantikan oleh guru-guru TPA lokal yang sudah dibinanya.
Namun, Ustaz Rahman tetap dirindukan anak-anak Kampung Horinara. Bahkan, sekali sepekan anak-anak tersebut rela menyebrang ke kampung sebelah untuk mengaji.
Jadinya, Ustaz harus mengampu Kampung Hinga dan Keluwain, serta Horinara.
Di salah satu desa itu, hanya didapati 5 keluarga Muslim. Sangat minoritas.
“Di desa tengah hutan seperti ini masih ada ratusan orang suku asli yang belum tersentuh dakwah Islam,” ungkap Ustaz Rahman.
Beruntung warga mualaf di Kampung Oebesa, Desa Mauleum, Kec Amanuban Timur, Kab Timor Tengah Selatan (TTS). Mereka ditunggui Ustaz Junaidin Tasib, dai muda alumnus Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Kupang. Setelah dua tahun digembleng di kampusnya, ia ditempatkan di Oebesa sebagai imam sekaligus guru ngaji di Masjid Al Qadar.