Melahirkan Keturunan yang Baik, Sang Penjaga Peradaban
Semua orang pasti menginginkan keturunan yang baik (dzurriyyah thayyibah). Bahkan seorang yang berkelakuan buruk lagi jahat, sering kali dalam hatinya menginginkan keturunannya menjadi orang yang baik.
Begitulah sejatinya fitrah manusia tak ada dalam dirinya kecuali kebaikan. Namun sayangnya pergaulan dalam sistem jahiliah, telah menjerumuskan manusia pada tingkah laku maksiat. Generasi atau keturunan yang baik pun dibayang-bayangi ancaman mirisnya pergaulan ala liberalisme.
Tugas orang tua mendidik dan membimbing anak pun kiat bertambah berat. Digempur kemaksiatan yang bertubi-tubi buah dari sistem jahat. Sementara negara kian abai untuk membentengi generasi dari pengaruh sistem jahat ini.
Maka hari ini melahirkan keturunan yang baik dalam sistem sekularisme, kapitalisme dan liberalisme menjadi hal yang sulit diwujudkan. Di mana dari semua aspek kehidupan terinfeksi olehnya tanpa terkecuali.
Menjadi renungan kita bersama sejatinya keturunan yang baik adalah investasi masa depan kita, baik di dunia mau pun di akhirat. Sebab anak yang shalih/shalihah merupakan investasi pahala yang tak akan terputus hingga mati menjemput. Maka keturunan yang baik adalah dambaan semua orang tua.
Tak hanya bagi orang tua, keturunan yang baik adalah aset suatu bangsa yang berharga. Baik dan buruknya masa depan bangsa ditopang oleh generasi selanjutnya. Maka melahirkan keturunan yang baik ibarat merajut masa depan sebuah bangsa yang gemilang. Bahan bangunan yang menjadi tonggak dan penjaga peradaban masa depan dunia.
Lalu bagaimana melahirkan keturunan yang baik di masa kini? Dikutip dari tulisan KH. Yasin Muthohar pimpinan Manhaj Al-Abqory. Keturunan yang baik akan lahir dari:
Pertama, keluarga yang baik sebagaimana keluarga Nabi Ibrahim ‘alayhissalam. Keluarga Nabi Ibrahim ‘alayhissalam merupakan contoh keluarga teladan nan ideologis. Cinta, ketaatan dan pengorbanan lahir dari taqwa dan iman kepada Allah Ta’ala. Syariat-Nya menjadi landasan solusi dalam segala problematika yang menimpa keluarganya.
Meneladani keluarga Nabi Ibrahim ‘alayhissalam. Selayaknya kita senantiasa bersungguh-sungguh berupaya menjadikan keluarga kita keluarga yang baik. Keluarga yang baik adalah keluarga yang dibangun di atas landasan aqidah Islam. Keluarga yang dinaungi ajaran Islam. Semua anggota keluarga menjadikan syariat Islam sebagai panglima.
Kedua, lingkungan pendidikan yang baik yaitu kurikulum pendidikan dan guru yang baik. Bagi kita tidak ada sekolah sebaik sekolahnya para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam. Di mana beliau Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam sebagai gurunya dan para sahabat sebagai muridnya. Al Quran dan Sunnah sebagai kurikulum nya.
Ketiga, lingkungan masyarakat yang baik. Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, tidak ditemukan lingkungan masyarakat yang baik kecuali dalam naungan Islam yang diterapkan oleh institusi Khilafah. Karena itu di masa kekhilafahan banyak bermunculan manusia-manusia hebat. Lahir ulama-ulama ternama dan para pejuang penegak kebenaran.
Maka adalah sebuah keniscayaan melahirkan keturunan yang baik dalam naungan sistem Islam saja. Sistem yang tak hanya menjaga akal, harta dan nyawa tapi juga keturunan manusia. Keturunan terbaik yang dirindu umat, calon penjaga peradaban Islam yang mulia. Insya Allah. Wallahu’alam bishshawwab.
Ummu Naflah
Muslimah Peduli Generasi, Member Akademi Menulis Kreatif