RESONANSI

Membicarakan Cadar

Rasanya, bukan saatnya lagi membakar apa yang dingin; tak urgen juga mempersoalkan apa yang telah tertanam di jiwa-jiwa bangsa. Mau Pribumisasi, Islamisasi, atau Arabisasi bahkan westernisasi tak memiliki esensi apa-apa kalau konflik berdarah yang terjadi.

Untuk apa kita teruskan perdebatan di depan awam?

Padahal seharusnya debat itu ada tempatnya dan untuk siapa debat dilakukan. Bukan untuk cari sensasi atau eksistensi semata. Harus ada makna di cari. Harus ada adab diperlukan. Tak pantas dibumbui kebencian pula.

Saya kira, penting adanya mengedepankan sikap bijak berbasis keilmuan ditonjolkan. Berbeda pandangan bukan alasan bermusuhan atau menebarkan api konflik yang terus saja kobarkan. Saatnya kita membenahi apa yang telah tercoreng di masyarakat.

Cadar itu bukan fesyen belaka, begitu kata teman nun jauh di sana. Memang miris menyaksikan gejala sosial yang kita saksikan. Betapa sebagian mereka bercadar hanya demi tuntunan fesyen tak diiringi kualitas keilmuan mumpuni.

Bukan menyangsikan, akan tetapi lebih sempurna kalau bercadar juga dilakukan karena Allah dan hanya ridha-Nya yang diharapkan. Pada mereka yang belum bercadar tidak memandang sebelah mata, pada dasarnya cadar hukumnya khilaf, begitu kata para ulama.

Tapi maaf, saya gak bisa bercadar karena saya lelaki. Tetapi kamu? Wallahu ‘alam. []

Pandeglang | 10 Agustus 2021

Mahyu An-Nafi

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button