Mempersatukan Umat (3)
Oleh: Mohammad Natsir
Persatuan yang Dipaksakan Tidak akan Kekal
Sekarang kita melihat gejala-gejala tafarruq itu dalam tubuh umat Islam Indonesia. Kita semua menginginkan kesatuan umat Islam Indonesia. Timbul persoalan bagaimana cara mencapainya?
Sebagai satu jalan yang dianggap pendek dan cepat ialah “pembubaran semua partai-partai Islam dan mendirikan satu partai Islam yang meliputi seluruh Umat Islam Indonesia”. Bisakah ini?
Selama unsur-unsur yang menjadi sumber tafarruq itu belum hilang, maka pembubaran yang ada secara sukarela sekarang ini juga, adalah ibarat mengidam-idamkan kuda bertanduk. Suatu pembubaran dan peleburan yang dipaksakan dari atas (didekritkan) akan dirasakan sebagai perkosaan atas hak berkumpul dan berserikat. Kesatuan yang dipaksakan secara demikian tidak akan berumur panjang.
Akan timbul dalam “kesatuan” yang dipaksakan itu ketegangan-ketegangan terus-menerus, yang akhirnya membawa perpecahan pula. Suatu paksaan keadaan dari luar semata-mata, berupa suatu bahaya besar yang mengancam, memang bisa mempersatukan golongan-golongan Islam, dalam satu partai, seperti yang kita lihat dalam tahun 1945.
Akan tetapi apabila bahaya dari luar itu sudah tidak dirasakan lagi, sekali pun masih ada, maka bibit-bibit tafarruq mulai bekerja lagi dalam segala akibat-akibatnya. Sejarah selama 20 tahun sampai sekarang menunjukkan perkembangan yang menyedihkan ini. Ini adalah realitas. (Catatan: Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1966)
Yang Dapat Diusahakan Sekarang
Timbul pertanyaan apakah yang dapat diusahakan sekarang ini, untuk mencapai idaman-idaman kesatuan umat Islam itu?
Kita harus sederhana dalam menentukan apa yang hendak kita capai dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. Kalau kita belum bisa mengerjakan semua, jangan kita tinggalkan semua.
a. Para pemimpin Islam tua dan muda, harus memulai masing-masing dengan introspeksi, meninjau diri pribadi sendiri, meninjau lubuk hati diri sendiri dengan kejujuran. Masing-masing berusaha memberantas bila bertemu segala bibit tafarruq yakni antara lain penyakit ananiyah dalam bermacam bentuknya sebagaimana yang diperingatkan dalam Sunnah Rasul: Ibda bi Nafsika!
b. Masing-masing mengambil inisiatif dan aktif untuk mengikatkan kembali tali ukhuwwah yang sudah putus selama ini antara pemimpin-pemimpin Islam. Semuanya secara informal, tanpa gembar-gembor, hubungan antara pribadi para pemimpin ini harus dapat diperbaiki kembali dan dipelihara seterusnya, terlepas dari kemungkinan-kemungkinan adanya perbedaan pendapat secara jujur dalam satu dua persoalan yang belum dapat diatasi.