Mencintai Berlebihan: Tadabbur Surat An-Nisa Ayat 129
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَنۡ تَسۡتَطِيۡعُوۡۤا اَنۡ تَعۡدِلُوۡا بَيۡنَ النِّسَآءِ وَلَوۡ حَرَصۡتُمۡ فَلَا تَمِيۡلُوۡا كُلَّ الۡمَيۡلِ فَتَذَرُوۡهَا كَالۡمُعَلَّقَةِ ؕ وَاِنۡ تُصۡلِحُوۡا وَتَتَّقُوۡا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوۡرًا رَّحِيۡمًا
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisaa, 4: 129)
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat di atas:
Firman-Nya: وَلَنۡ تَسۡتَطِيۡعُوۡۤا اَنۡ تَعۡدِلُوۡا
Artinya: “Kalian tidak akan mungkin bisa berbuat adil (di antara istri-istri)” ini khusus untuk suami yang memiliki istri lebih dari satu. Ayat ini turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Wahai Muhammad, engkau tidak mungkin bisa berbuat adil di antara istri-istrimu..” لَنۡ dalam Bahasa Arab artinya tidak mungkin. Ayat ini disalahgunakan oleh orang-orang Sekuler dan Liberal untuk menolak praktek poligami sebab mereka mengklaim bahwa laki-laki itu tidak bisa adil. Syarat untuk mempraktikkan poligami adalah berbuat adil terhadap para istri.
Surah An-Nisa ayat 3 digabung dengan ayat 129. Inilah logika matematis yang digunakan oleh kaum Liberal dan Sekuler dan pihak-pihak yang memusuhi Islam dalam menafsirkan kedua ayat tersebut dalam kaitan dengan poligami. Dalam surah An-Nisa ayat 3 disebutkan فَاِنۡ خِفۡتُمۡ اَلَّا تَعۡدِلُوۡا فَوَاحِدَةً yang artinya: “Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja.” Kemudian ditambah dengan logika akal mereka dalam menafsirkan ayat 129 وَلَنۡ تَسۡتَطِيۡعُوۡۤا اَنۡ تَعۡدِلُوۡا yang artinya: “Kalian tidak akan mungkin bisa berbuat adil.” Mereka menolak poligami dengan dalih bahwa laki-laki tidak akan pernah bisa berbuat adil.
Penafsiran yang mereka lakukan adalah sesat, hanya berdasarkan akal logika mereka belaka; mereka tidak pernah mau menggunakan tafsir para Ulama dan tidak pernah mau membaca hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab turunnya ayat ini adalah pada suatu malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari rumahnya dan mengadakan: “Inilah bentuk usaha saya sebagai seorang laki-laki untuk membagi dengan adil sesuai dengan kemampuan saya.”
Kenapa orang tidak berbuat adil? Sebab cintanya berlebihan kepada salah satu istri. Bukan hanya dalam peran suami-istri, ada juga seorang ibu yang mencintai berlebihan pada anak pertamanya atau anak perempuannya. Keadaan inilah yang memicu ketidakadilan. Oleh karena itu biasa saja dalam mencintai. Berbuat adil itu muncul ketika cintanya itu berjarak. Cinta berjarak itu agar kita tidak jatuh ke dalam emosional cinta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadu pada Allah:
Dari Ibunda Aisyah, sesungguhnya Nabi shallallalhu ‘alaihi wa sallam menggilir para isterinya dengan adil, dan berkata: “Ya Allah, inilah pembagianku yang bisa saya miliki (saya lakukan), maka janganlah Engkau beri aku sanksi/hukuman pada sesuatu yang tidak aku miliki (tidak aku mampu).”
Maksud hadits ini menjelaskan manusia hanya bisa membagi perkara yang lahiriah saja, yaitu: satu, nafkah lahir; dua, bermalam.
Lanjutan dari redaksi hadits di atas yaitu: فلا تؤاخذني فيما لا أملك
Artinya: “Janganlah Engkau hukum aku pada sesuatu yang tidak aku miliki” maksudnya adalah semangat, rasa cinta, terkait hati atau perasaan. Misalnya seseorang memiliki beberapa orang anak, tentu ada salah satu anak yang paling dicintai. Cinta terbesar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pada Khadijah. Ibunda Khadijah memiliki empat kelebihan: (1) wanita yang pertama kali beriman, (2) seorang yang pertama kali membenarkan di saat semua orang mendustakan Rasul, (3) semua hartanya diinfaqkan kepada suaminya, (4) memiliki anak; keempatnya tidak dimiliki oleh istri-istri yang lain.