Mengapa Indonesia Membutuhkan Presiden Cerdas?

Ratusan tahun lamanya anak bangsa ini dimundurkan secara terprogram oleh penjajah dengan 1001 cara agar supaya status quo penjajah dan yang terjajah kekal dan tidak berubah untuk selamanya. Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati hari ini di awali dengan Gerakan Pendidikan mencerdaskan anak bangsa yang dikenal dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908. Dua puluh tahun kemudian gerakan mencerdaskan anak bangsa ini membuahkan hasil dengan munculnya warganegara yang sadar akan hak-hak mereka dibidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan pembangunan untuk mengurus negara sendiri yang dikenal dengan Sumpah Pemuda tahun 1928. Sejarah membuktikan bahawa bangkitnya banyak negara di dunia ini diawali dengan munculnya seorang presiden yang berkualitas di kalangan mereka. Pemimpin yang memiliki konsep, idea dan wawasan untuk membangkitkan batang terendam negara mereka ditandai dengan tingginya ilmu pengetahuan hasil Pendidikan dan pembacaan pemimpin tersebut. Mampu membaca yang tersurat dan tersirat membuat mereka berbeda dengan pemimpin yang lain. Ini sejalan dengan pandangan beberapa tokoh seperti John C. Maxwell yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang pembaca. Atau Margaret Fuller yang mengatakan pembaca hari ini adalah pemimpin masa depan. Tentu saja bukan semua pembaca adalah pemimpin tetapi yang jelas setiap pemimpin yang hebat adalah seorang pembaca yang baik. Dan jelas pemimpin yang hebat itu adalah seorang pembaca buku-buku bidang sains sosial yang hebat dan bukan pembaca buku komik atau sejenis denganya. Ini sejalan dengan teori ilmu yang mengatakan bahwa bukan semua orang boleh jadi pemimpin menurut sains politik modern dan Islam. Plato dalam karyanya Republic-nya mengatakan bahwa kunci utama untuk menjadi pemerintah yang adil adalah ilmu pengetahuan, dan pemerintah yang tidak adil dia anggap sebagai pemerintah yang gagal. Untuk itu Plato berpandangan dalam teori kelas sosialnya bahwa tidak semua orang boleh jadi pemimpin karena pemerintah perlu memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, rasional, kawalan diri, kebijaksanaan dan boleh membuat keputusan yang baik untuk masyarakat yang semua itu didasari oleh ilmu pengetahuan sang pemimpin tentunya. Dalam Islam, khalifah yang empat adalah insan-insan pemimpin yang berkualitas dan terpilih serta terbaik diantara mereka ketika itu. Ilmuan Sains Politik Islam seperti al-Mawardi memberikan syarat yang ketat untuk menjadi seorang pemimpin seperti harus memiliki ilmu yang luas, wawasan yang tajam dan sebagainya. Tentu saja dalam Sains Politik modern dan Islam tidak dicantumkan syarat untuk menjadi pemimpin itu berdasarkan mitos seperti berasal dari buluh betung yang dilahirkan dari muntah lembu sehingga apa saja yang dibuat pemimpin adalah kebenaran karena ia dituhankan dan bagaikan elang yang terbang tinggi dia bebas mematuk dan manzalimi hewan yang ada disekitarnya. Untuk kebangkitan Indonesia bidang social, politik, ekonomi, pembangunan dan budaya tahun 2024 kita hanya satu pilihan. Yaitu dengan memilih seorang Presiden yang dirinya betul-betul berkualitas. Bukan karena bapak atau nenek moyangnya berkualitas atau juga bukan seorang yang dikualitaskan oleh pencitraan media. Ini supaya sejarah beberapa negara gagal di dunia tidak sampai ke Indonesia. Dan untuk itu kita telah memiliki seorang pilihan yang mendekati kriteria tersebut. Seorang yang memiliki intelektual, emosi, spiritual yang mantap itu telah banyak melakukan kebaikan di Jakarta saat ini. Umpamanya dia membuat kebijakan yang lebih manusiawi dari apa yang dilakukan oleh Kuala Lumpur dulu bidang transportasi. Memberlakukan kebijakan pro rakyat dan banyak lagi yang membuat individu ini mendekati ciri pemimpin penyelamat menuju Kebangkitan Nasional di bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan pembangunan negara ini. Tetapi tentu saja dia akan berhadapan dengan 1001 cobaan, fitnah, pembunuhan karakter dan sebagainya. Karena jika orang cerdas sepertinya menjadi presiden, rakyat akan makmur, tidak lagi sanggup mati hanya untuk menjadi babu dan kuli kasar ke luar negeri karena hasil bumi sendiri sebetulnya jauh lebih kaya dari negara tetangga. Terpilihnya pemimpin berkualitas ini tentu saja tidak akan diinginkan oleh kapitalis yang selama ini menghisap hasil bumi pertiwi dengan mudah. Kalau bukan kita yang berjuang melahirkan presiden seperti ini siapa lagi dan kalau bukan sekarang kapan lagi sebelum kita mati dan menyesal nanti. Selamat Hari Kebangkitan Nasional sebuah negara yang makmur atas dasar ilmu pengetahuan, dihormati dunia, mengamalkan good governance dan diridhai Allah SWT. Kajang, 20 Mei 2022 Afriadi Sanusi, Ph.D., Anggota Muhammadiyah Malaysia.

SHARE:

Artikel Terkait

Untuk Apa Jadi Presiden, Kalau Menyimpang dari Al-Qur’an?

Deklarasikan Anies sebagai Presiden Rakyat

Pilihlah Presiden yang Beretika dan Punya Rasa Malu

Ijazah Palsu = Presiden Palsu