SUARA PEMBACA

Menolak Politik Identitas, Perlukah?

Bukan oleh sistem dan institusi di luar Islam semisal sistem sekuler demokrasi kapitalisme yang hari ini diterapkan dan terus diperjuangkan eksistensinya oleh para sekuleris, yang justru menjauhkan umat dari kemampuannya untuk mewujudkan kemaslahatan hidupnya.

Karenanya, menjadi kebutuhan mendasar bagi kaum muslimin dan umat manusia pada umumnya untuk bersegera mewujudkan kembali institusi Islam yang menerapkan syariat Islam kaffah, sebab hanya institusi Islam saja yang dapat mewujudkan maqoshid syariah secara sempurna.

Sebagaimana firman Allah SWT:

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya.” (QS. Al-An’am: 153)

Dan sabda Rasul Saw:

ستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة كلها في النار إلا واحدة ، قيل: من هي يا رسول الله؟ قال: من كان على مثل ما أنا عليه وأصحابي

“Ummatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan semua akan masuk neraka kecuali satu, dikatakan, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Siapa yang berpedoman di atas ajaranku dan para shahabatku.”

Maka menolak politik identitas dengan maksud untuk menolak perjuangan penerapan syariat Islam kaffah sama dengan menolak terwujudnya maqoshid syariah yang telah ditetapkan oleh Allah SAWT dan Rasul-Nya. Sekaligus menolak turunnya keberkahan dari langit dan bumi. Wallahu a’lam.[]

Ayu Mela Yulianti, Pemerhati Kebijakan Publik dan Generasi.

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button