NUIM HIDAYAT

Ustadz Adi Hidayat, Pakar Al-Qur’an yang Langka

Saat ini ramai di media sosial (medsos) debat tentang pernyataan Ustadz Adi Hidayat (UAH) bahwa surat Asy Syuara bisa dimaknakan penyair atau pemusik.

Pernyataan Ustadz Adi ini banyak ditanggapi oleh ustadz-ustadz dari ‘kelompok Salafi’. Mereka menghujat UAH habis-habisan. Ada yang menyatakan UAH kafir, menghalalkan yang haram, bodoh, dan lain-lain.

Kita tahu bahwa UAH ini bukan ustadz kaleng-kaleng. Ia hafal Al-Qur’an dan hafal (mungkin) ribuan hadits. Ia, bila ceramah, mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dengan luar biasa. Bukan hanya ayatnya hafal, letaknya juga hafal. Jarang ustadz yang punya kemampuan seperti dia.

UAH masih muda. Umurnya belum 40 tahun. Ia lahir di Pandeglang, Banten pada 11 September 1984. Ia mendapat jabatan terhormat baik di Muhammadiyah maupun Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.

Pendidikan dasarnya dimulainya di Madrasah Salafiyah Sanusiyah Pandeglang hingga tamat pada 1997.Sebenarnya UAH akan masuk ke sekolah unggulan SMP Negeri 1 Pandeglang, tetapi karena mimpi bertemu Nabi Muhammad, akhirnya orang tuanya memasukkan anaknya ke sekolah agama. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama. Di madrasah ini, dia juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri.

Pada 1997, UAH melanjutkan pendidikan Madrasah Tsanawiyah hingga Aliyah di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Arqam Muhammadiyah Garut. Ponpes yang memadukan pendidikan Agama dan umum dan telah mencetak banyak alumni yang berkiprah di tingkat nasional dan internasional.

Di Ponpes inilah ia mendapatkan bekal dasar utama dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik umum maupun agama. Guru utamanya, Buya K.H. Miskun as-Syatibi ialah orang yang paling berpengaruh dalam menghadirkan kecintaan dia terhadap Al-Qur’an dan pendalaman pengetahuan.

Selama masa pendidikan ini dia telah meraih banyak penghargaan baik di tingkat Pondok, Kabupaten Garut, bahkan Provinsi Jawa Barat, khususnya dalam hal syarah al-Qur’an. Di tingkat II Aliyah bahkan pernah menjadi utusan termuda dalam program Daurah Tadribiyyah dari Universitas Islam Madinah di Ponpes Taruna al-Qur’an Yogyakarta.

Dia juga sering kali dilibatkan oleh pamannya KH. Rafiuddin Akhyar, pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia di Banten untuk terlibat dalam misi dakwah di wilayah Banten.

UAH lulus dengan predikat santri teladan dalam dua bidang sekaligus (agama dan umum) serta didaulat menyampaikan makalah ilmiah “Konsep ESQ dalam Al-Qur’an” di hadapan tokoh pendidikan M. Yunan Yusuf.

Pada 2003, dia mendapat undangan PMDK dari Fakultas Dirasat Islamiyyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerjasama dengan Universitas al-Azhar Kairo, hingga diterima dan mendapat gelar mahasiswa terbaik dalam program ospek. Tahun 2005, dia mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi di Kuliyyah Dakwah Islamiyyah Libya yang kemudian diterima, walau mesti meninggalkan program FDI dengan raihan IPK 3,98.

Di Libya, Usatdz Adi Hidayat belajar intensif berbagai disiplin ilmu baik terkait dengan Al-Qur’an, hadis, fikih, usul fikih, tarikh, Lughah, dan selainnya. Kecintaannya pada Al-Qur’an dan Hadits menjadikan dia mengambil program khusus Lughah Arabiyyah wa Adabuha demi memahami kedalaman makna dua sumber syariat ini.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button