Moderasi Beragama dari Siapa?
Kita diajarkan cara bermuamalah dengan sesama manusia. Bahkan Rasulullah saw. mengajarkan kita cara membangun negara, tugas-tugas sebagai kepala negara, fungsi aparatur negara, dan sebagainya.
Masyaallah, luar biasa! Sungguh beruntung kita sebagai seorang muslim. Seluruh aspek kehidupan diatur oleh Islam. Artinya, tidak ada satu pun aspek kehidupan yang terpisah atau yang terlepas dari Islam.
Teringat nasihat Khalifah Umar bin Khaththab ra. kepada para sahabat dan juga kaum muslim saat penaklukan Al-Quds, “Wahai saudaraku, sungguh kita pernah terhinakan hingga Allah memuliakan kita dengan Islam. Kalau kita mencari kemuliaan selain Islam, Allah akan menghinakan kita kembali.”
Nasihat Khalifah Umar ra. tersebut sejalan dengan sabda Rasulullah Saw., “Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.” (HR Ad-Daruquthni).
Sejarah membuktikan, ketika sistem pemerintahan Islam diterapkan di kehidupan dalam sebuah Negara, Islam menaungi dua per tiga dunia. Kekuasaan itu tidaklah menjajah seperti kesan kejamnya penjajahan di era kolonial. Kekuasaan Islam terhadap penduduk negara begitu memakmurkan dan memberi kemashlahatan dalam segala sendi kehidupan. Kegemilangan sistem pemerintahan Islam begitu menyilaukan sehingga membuat pihak Barat dengki dan berusaha melakukan segala cara agar hal itu tidak terjadi lagi.
Sangat wajar jika umat Islam yang hendak menerapkan agamanya secara menyeluruh (kafah) dinilai menjadi ancaman besar bagi eksistensi sistem sekuler dan liberal yang saat ini mengakar. Karena itu, saat ini Barat mengeluarkan jurus moderasi beragama sebagai akal-akalan agar umat Islam jauh dari mengenal ajaran agamanya yang asli.
Islam moderat disematkan sebagai lencana penghargaan bagi siapa saja yang ingin dinilai memiliki pemikiran berkemajuan. Ajaran Islam yang sesuai Al-Qur’an dan Hadis dinilai tidak lagi relevan dengan era globalisasi saat ini. Lebih parahnya, moderasi beragama dijadikan alat untuk mengadu domba antarsesama umat Islam di dunia.
Label fundamentalis, tradisionalis, moderat dan liberal, menjadi pemisah persatuan umat Islam dengan identitas muslim yang sesungguhnya. Mereka akan berupaya agar umat Islam jauh dari syariat dan enggan menunjukkan identitasnya. []
Mahrita Nazaria, S.Pd, Aktivis Dakwah & Praktisi Pendidikan di Banjarmasin.