LAPORAN KHUSUS

Motif Bisnis di Balik Gereja Liar

Background inilah agaknya yang akan memahamkan umat Islam, mengapa di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, sebuah wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi gereja liar tumbuh subur bagai jamur di musim hujan. Menurut Kepala Humas Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Jeirry Sumampow, gereja liar di wilayah ini sebanyak 24 unit. Sementara versi Forum Umat Islam Aceh Singkil di wilayah ini terdapat 27 gereja liar.

Sekadar informasi, berdasarkan Sensus Penduduk 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kabupaten Aceh Singkil sebanyak 102.509 jiwa dengan 88,3 % (90.508 jiwa) adalah Muslim, 10,45% (10.715 jiwa) Kristen, dan 0,7% (746 jiwa) Katolik.

Sementara di Kecamatan Gunung Meriah, lokasi terjadinya pembakaran gereja liar oleh warga masyarakat pada Selasa (13/10) lalu, jumlah penduduknya sebanyak 30.630 jiwa dengan komposisi umat Islam 93% (28.739 jiwa), Kristen 5,8% (1.772 jiwa) dan Katolik 0,4 % (118 jiwa).

Modus Bisnis Gereja

Seorang blogger Kristen, Mang Ucup, di dalam blognya ia menulis secara satir, “Bisnis properti sekarang sudah tidak sehebat seperti dahulu lagi, oleh sebab itu banyak dari mereka yang berganti haluan mengalih ke bisnis politik, nah apa salahnya kalau bisnis atau usaha Anda dialihkan jurusannya ke bisnis rohani.”

Bisnis rohani yang ia maksud adalah mendirikan gereja. Bahkan dengan terang-terangan ia menawarkannya sebagai jasa waralaba. “Untuk hal ini Mang Ucup ingin menawarkan jasa waralaba (franchise) untuk mendirikan Gereja ‘Angin Surga’,” begitulah tawarannya.

Di blog “Sabdaspace” bahkan ada seorang blogger yang menulis, “Salah satu resolusi tahun baru yang saya buat di awal bulan Januari 2010 adalah membuka bisnis. Setelah saya pikirkan selama beberapa bulan terakhir, saya memutuskan untuk membuka bisnis gereja di tahun ini”.

Bukan tanpa perhitungan dan perencanaan matang, mereka bahkan sudah melakukan analisis pasar dengan menggunakan teori Bauran Pemasaran (Marketing Mix). Analisa product (produk), promotion (promosi), price (harga) dan place (tempat)-nya sudah mereka siapkan. Dengan begitu mereka telah membuka peluang baru untuk menggabungkan antara bisnis dan sisi rohani. “Secara bisnis kita untung banyak, dan bisa berlindung dibawah “payung” secara rohani. Kesimpulannya, sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui”, ujarnya.

Franchise gereja ‘Angin Surga’ yang ditawarkan Mang Ucup diperkirakan akan menuai keuntungan yang besar. Ia menjanjikan modal akan kembali dalam waktu enam bulan. Bahkan Lambok A. Sitorus mencatat total keuntungan yang bisa diraup dari sekali ibadah adalah Rp18,5 juta.

Hitung-hitungannya begini. Modal awal yang diperlukan Rp16,5 juta. Rincian pengeluarannya untuk sewa gedung 10 juta (lengkap dengan fasilitas musik), biaya pembicara Rp500 ribu, tim musik, WL, singer dan tamborin satu juta. Jika memakai dua artis maka pengeluarannya dua juta. Keamanan (polisi) satu juta, kartu undangan dan iklan satu juta, makan makan dua juta. Jadi total pengeluarannya Rp16,5 juta.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button