INTERNASIONAL

Muslim Uighur Rayakan Idul Fitri dengan Ketakutan

Xinjiang (SI Online) – Umat Muslim Uighur di provinsi Xinjiang, Cina merayakan Idul Fitri dengan pengawasan ketat aparat keamanan, detektor metal, dan kamera pengawas yang dipasang di dalam masjid.

Mereka masuk ke dalam masjid Idkah, salah satu masjid terbesar di Cina dan mendapat restu dari pemerintah, secara diam-diam untuk salat Idul Fitri pada Rabu, 5 Juni 2019.

Mengutip Asia One, 6 Juni 2019, sekitar masjid Idkah dipenuhi aparat polisi dan sejumlah pria berpakaian tanpa seragam. Mereka memantau setiap tindakan orang.

“Situasi di sini sangat ketat, membuat hati saya hancur. Saya tidak pergi kemana-mana. Saya ketakutan,” kata seorang Muslim Uyghur tentang ketakutannya pergi ke masjid.

Beberapa kota yang menjadi tempat tinggal umat Muslim Uighur di Xinjiang telah berubah. Masjid Heyitkah di satu sudut kota, sudah rata dengan tanah dan berganti menjadi tempat lahan parkir.

Di belakang tempat parkir motor di kota Hotan, di dinding bangunan sekolah dasar ada tulisan berwarna merah “Mendidik masyarakat untuk partai.”

Di sekolah ini wajah setiap siswa dipindai saat memasuki gerbang sekolah yang dipasangi kawat berduri.

“Masjid itu indah,” kenang seorang pedagang tentang masjid Heyitkah. “Banyak orang ke sana.”

Di sejumlah masjid yang dibuka, para umat harus melewati detektor metal dan di dalam masjid telah dipasang kamera pemantau.

Di kota Kashgar yang dulu sebagai kota Jalur Sutra, azan subuh sudah tidak terdengar lagi menggema di seluruh kota. Ritual azan subuh ini pernah menjadi salah satu kebanggaan para pengelola turis untuk dijadikan tujuan wisata. Di Kashgar, ada sekitar 150 masjid.

Di masa bulan suci Ramadan, satu-satunya masjid di kota itu pada hari Jumat kosong. Padahal sembahyang Jumat merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Muslim.

Masjid-masjid yang dirubuhkan di kota Hotan maupun Kashgar telah berganti menjadi taman, tempat pejalan kaki, dan tempat menanam pohon.

Juma Maimaiti, imam masjid Idkah mengatakan, penghancuran masjid belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, ujarnya, pemerintah melindungi sejumlah masjid-masjid penting.

Umat Muslim di Xinjiang juga sudah dilarang mengucapkan salam dan berpuasa secara terbuka di ruang publik, ujar Darren Byler, pengajar di Universitas of Washington yang fokus tentang budaya Uighur.

Sementara itu, pemerintah kota Xinjiang mengklaim pihaknya melindungi kebebasan beragama dan warga dapat merayakan Ramadan dalam ruang lingkung yang diizinkan oleh hukum. Pernyataan ini tanpa penjelasan lebih lanjut.

sumber: asiaone/tempo

Artikel Terkait

Back to top button