INTERNASIONAL

Negara Kaya Diminta Penuhi Janji Atasi Perubahan Iklim

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan peserta COP26 bahwa enam tahun terpanas telah terjadi sejak 2015.

Pembicara-pembicara lain, termasuk aktivis dari negara-negara miskin yang terhantam paling parah oleh perubahan iklim, menyampaikan pesan yang menantang.

“Kaum muda Pasifik bersatu di balik seruan ‘Kami tidak tenggelam, kami berjuang’,” kata Brianna Fruean dari Samoa, negara pulau di Polinesia yang terancam kenaikan permukaan laut. “Inilah seruan perjuangan kami kepada dunia.”

Pada 2009, negara-negara maju yang paling banyak membuang emisi berjanji memberikan 100 miliar dolar per tahun hingga 2020 untuk membantu negara-negara berkembang menghadapi dampak pemanasan global.

Komitmen itu masih belum terpenuhi, sehingga memicu kecurigaan dan keengganan sejumlah negara berkembang untuk mempercepat pengurangan emisi.

Pemimpin negara seperti Kenya, Bangladesh, Barbados dan Malawi menyebut negara-negara kaya gagal memenuhi janjinya.

“Janji uang kepada negara kurang maju oleh negara maju… bukanlah donasi, tapi biaya kebersihan,” kata Presiden Malawi Lazarus McCarthy Chakwera.

Presiden Xi Jinping dari China –negara pembuang gas rumah kaca terbesar– mengatakan dalam pernyataan tertulis bahwa negara-negara maju seharusnya tak cuma bertindak lebih banyak, tapi juga mendukung negara-negara berkembang agar bertindak lebih baik.

Ketidakhadiran Xi, juga Presiden Vladimir Putin dari Rusia, salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia bersama AS dan Arab Saudi, dapat menghambat kemajuan.

Aktivis Greta Thunberg meminta jutaan pendukungnya untuk menandatangani surat terbuka yang menuduh para pemimpin telah berkhianat. “Ini bukan latihan. Ini kode merah untuk planet Bumi,” kata surat itu.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button