LAPORAN KHUSUS

PAZ Al Kasaw, Bermula dari Masjid Agung Al-Aqsha Klaten

“Dari situlah kemudian beliau belajar soal herbal. Beliau cerita jika dihitung mungkin ada sekitar 50 metode terapi yang beliau pelajari,” ungkap Anjrah.

Bukan hanya di dalam negeri, Ustaz Haris belajar metode pengobatan tradisional ini sampai ke luar negeri. Salah satunya ke Malaysia.

“Di Malaysia, Ustaz Haris berguru kepada seorang tabib terkenal Tuan Haji Ismail Bin Haji Ahmad,” ungkap

Setelah belajar banyak metode pengobatan, lanjut Anjrah, Ustaz Haris sampai pada kesimpulan. Setiap pengobatan tradisional memiliki keterbatasan, yakni harus menggunakan alat. Seperti tusuk jarus, lintah, akat bekam, dan alat-alat lainnya. Padahal, dalam kondisi tertentu kita harus dapat mengobati orang dengan tanpa alat.

Karena itu Ustaz Haris berpikir untuk dapat mengobatai pasien dengan metode tanpa obat (kimia), tanpa alat, dan tanpa operasi.

“Cara berpikir awalnya seperti ini,” kata Anjrah yang sebelum mendirikan PAZ Al Kasaw merupakan pengusaha muda di bidang digital marketing.

Berangkat dari tadabbur ayat Al-Qur’an, Surat At-Tin ayat 4, “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” Ustaz Haris mengambil inspirasi jika manusia diciptakan dengan bentuk terbaik, maka solusi atas persoalan dalam tubuh manusia mestinya juga sederhana.

Dua pendiri PAZ Al Kasaw: Anjrah Ari Susanto (kanan) dan Haryanto Bilal (kiri) saat berbincang dengan sejumlah wartawan.

Anjrah, sarjana psikologi dari kampus negeri ternama di Semarang ini mengumpamakan, makin canggih mobil, cara mendeteksi kerusakan dan memperbaikinya ternyata semakin mudah. Dari keyakinan inilah, sepanjang 15 tahun, Ustaz Haris akhirnya menemukan metode pengobatan yang saat ini dijenamakan dengan PAZ Al Kasaw.

Awal Pertemuan

Sejatinya, pertemuan antara Ustaz Haris Moedjahid dengan para pengusaha muda aktivis Islam Klaten disebut sangat tidak disengaja.

Suatu hari di 2017, Ustaz Haris yang merupakan penyuka olahraga renang dan silat, datang ke Klaten. Ia ingin bisa berkuda. Sebab sesuai dengan hadits Rasulullah Saw, ada tiga olahraga yang dianjurkan untuk dikuasai umat Islam. Renang, panahan dan berkuda.

Nah, Klaten bisa dikatakan sebagai pusat kuda di pulau Jawa ini. Maka datanglah Haris ke Klaten untuk belajar berkuda dan mengenal komunitas berkuda di kota itu.

Hari itu, Anjrah, bersama sejumlah rekannya para pengusaha muda di Klaten sedang mengikuti Pengajian Rebonan di sebuah mushola. Ustaz Haris yang saat itu harusnya latihan berkuda, meneduh karena hujan. Maka dimintalah ‘sang tamu’ itu untuk masuk dan memperkenalkan diri.

Di forum itu, Ustaz Haris bertemu dengan Anjrah Ari Susanto dan Haryanto Bilal Zainul yang di kemudian hari ketiganya mendirikan PAZ Al Kasaw.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button