DAERAH

KPA Klaten Sosialisasi Bahaya LGBT ke Guru BK dan Ponpes

Klaten (SI Online) – Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Klaten menggelar sosialisasi HIV dan kewaspadaan perilaku LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender) di Pendapa Ageng Kabupaten Klaten, Selasa (3/10/2023).

Sosialisasi tersebut diikuti oleh guru bimbingan konseling (BK) tingkat SMA sederajat hingga pondok pesantren.

Sekretaris KPA Klaten, dr Ronny Roekmitto mengatakan kegiatan ini digelar sebagai Langkah antisipasi perilaku LGBT di kalangan remaja, terutama pelajar.

Menurutnya kegiatan digelar lantaran peningkatan kasus LGBT di Kabupaten Klaten yang terus meningkat.

“Berdasarkan identifikasi KPA Klaten, kasus HIV berdasarkan factor resiko LGBT, terutama perilaku gay atau LSL (lelaki seks dengan lelaki) di Kabupaten Klaten, berjumlah 146 kasus. Sehingga terjadi kenaikan hingga 100 persen semenjak pertama kali ditemukan,” ungkapnya.

Jumlah tersebut baru berdasarkan temuan kasus HIV, sementara masih banyak perilaku LGBT yang belum teridentifikasi, terutama di kalangan remaja. Ronny menjelaskan remaja lebih berpotensi terpapar perilaku LGBT lantaran memiliki rasa ingin tahu yang besar.

Hal tersebut didukung dengan perkembangan teknologi informasi yang massif di Tanah Air. Sehingga akses ke komunitas LGBT semakin terbuka, seperti penggunaan media sosial maupun aplikasi percakapan daring seperti Mi Chat, hornet, walla, dan Grindr.

“Silahkan cek HP dari siswa bapak ibu guru sekalian, jangan-jangan ada aplikasi ini. Dan sangat memungkinkan ada media lain yang digunakan dan aplikasi ini sangat mudah penggunaannya. Inilah yang harus kita waspadai, dan banyak sekali faktor pendukungnya,” paparnya.

Ia menambahkan dibutuhkan upaya yang masif dalam menanggulangi perilaku LGBT, mulai dari nilai agama, keluarga, hingga dari sisi pendidikan.

Selain itu, pemahaman terhadap resiko kesehatan dari seksual yang menyimpang perlu ditekankan, di antaranya resiko tertular penyakit kelamin menular hingga HIV AIDS.

“Deteksi awal munculnya perilaku LGBT sendiri dimungkinkan karena gaya hidup maupun dari media yang menampilkan publik figur yang di ditiru. Karena itu, selalu awasi anak didik kita dan selalu beri pendampingan dan edukasi yang tepat,” ujarnya.

sumber: pemkabklaten

Artikel Terkait

Back to top button