Pelajaran dari Perang Khandaq
Rasulullah Saw dan para sahabat segera melaksanakan penggalian parit. Panjang parit mencapai 5.544 meter (5,5 km), lebar 4,62 meter, dan kedalaman 3,23 meter. Setiap 10 orang laki-laki diberi tugas untuk menggali parit sepanjang 40 hasta.
Pertolongan Allah
Setelah pengepungan selama satu bulan penuh Rasulullah Saw memerintahkan Nuaim bin Mas’ud untuk melaksanakan taktik guna memecah belah musuh yaitu menyerang untuk membela diri. Taktik ini berhasil hingga pasukan kafir Quraisy dengan Yahudi Bani Quraidzah bermusuhan dalam barisan.
Sementara kaum Muslimin terus berdoa kepada Allah SWT, “Ya Allah, tutupilah kelemahan kami dan amankanlah kegundahan kami.” Rasulullah Saw juga berdoa, “Ya Allah yang menurunkan Al-Kitab dan yang cepat hisab-Nya, kalahkanlah pasukan musuh. Ya Allah, kalahkanlah dan guncangkanlah mereka.”
Setelah muncul perpecahan di barisan musuh dan mereka bisa diperdaya, Allah SWT mengirimkan pasukan berupa angin topan, sehingga memporak porandakan kemah-kemah mereka. Allah juga mengirimkan pasukan dari para Malaikat yang membuat mereka gentar dan kacau serta menyusupkan ketakutan ke dalam hati mereka.
Pada malam yang dingin dan menusuk tulang itu, Rasulullah mengutus Hudzaifah bin Al-Yaman untuk menemui orang-orang Quraisy dan kembali membawa kabar tentang keadaan mereka yang kedinginan. Hudzaifah menemui beliau dan mengabarkan niat mereka kembali ke Makkah. Setelah musuh kembali ke Makkah, maka beliau kembali ke Madinah.
Janji Pembebasan
Saat penggalian parit terjadi tanda nubuwah. Di antaranya adalah seperti diriwayatkan oleh Bukhari, dari Jabir, dia berkata, “Saat kami menggali parit, ada sebongkah tanah yang amat keras. Mereka mendatangi Nabi Saw seraya berkata, “Ini ada tanah keras yang teronggok di parit.”
“Kalau begitu aku akan turun ke bawah.” Jawab Nabi. Setelah turun beliau berdiri tegak dan terlihat perut beliau yang diganjal batu. Sebelumnya kami bertiga sudah mencoba untuk mengatasinya, namun tidak mampu. Lalu beliau mengambil cangkul dan memukul onggokan tanah yang keras itu hingga hancur berkeping-keping menjadi pasir.”
Al-Barra berkata, “Saat menggali parit, di beberapa tempat kami terhalang oleh tanah yang keras dan tidak bisa digali dengan cangkul. Kami melaporkan hal ini kepada Rasulullah. Beliau datang, mengambil cangkul dan bersabda, “Bismillah …” Kemudian menghantam tanah keras itu dengan sekali hantaman. Beliau bersabd, “Allah Maha Besar. Aku diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah, aku benar-benar bisa melihat istana-istananya yang bercat merah saat ini.”
Lalu beliau menghantam untuk kedua kalinya bagian tanah yang lain. Beliau bersabda lagi, “Allah Maha Besar, aku diberi tanah Persi. Demi Allah, saat ini pun aku bisa melihat istana Mada’in yang bercat putih.” Kemudian beliau menghantam untuk ketiga kalinya, dan bersabda, “Bismillah …” Maka hancurlah tanah atau batu yang masih tersisa. Kemudian beliau bersabda, “Allah Maha Besar. Aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah, dari tempatku ini aku bisa melihat pintu-pintu gerbang Shan’a.”
Pelajaran Perang Khandaq
Di balik peristiwa perang Khandaq terdapat pelajaran yang sangat berharga bagi kaum muslimin sebagai bekal dalam perjuangan untuk meraih kesuksesan hidup dan kehidupan. Yaitu tetap bersikap optimistis meski dalam situasi paling sulit dan berat sekalipun.
Semoga Allah menganugerahkan kemenangan dan kesuksesan bagi kaum muslimin dalam setiap perjuangan. Amin. []
Imam Nur Suharno, Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.