SUARA PEMBACA

Pemetaan Masjid dan Narasi Radikalisme Pesantren: Waspadai Pemecahbelahan Umat

Geliat kecintaan umat pada Islam dan syariah terus bertumbuh. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya segala hal yang berlabel halal dan juga syar’i. Mulai dari beragam hijab syar’i, transaksi ekonomi syariah hingga wisata halal. Semua itu menjadi bukti bahwa kecintaan umat pada ajaran Islam tidak bisa dibendung. Kajian-kajian Islam yang dulunya hanya terbatas di masjid-masjid dan hanya dihadiri oleh kalangan sepuh, kini menjadi trend di kalangan milenial.

Hal ini juga disadari oleh musuh-musuh Islam, khususnya Barat dengan ideologi kapitalis-sekuler yang diemban, merasa terancam. Bertambahnya kesadaran pada umat, untuk menjadikan Islam sebagai solusi permasalahan kehidupan akan menjadi kekuatan besar yang akan menggeser hegemoni mereka.

Maka berbagai formula coba dirumuskan untuk menghalangi laju kebangkitan tersebut. Mulai dari stigma teroris, radikal dan ekstremis coba disematkan kepada umat Islam untuk melahirkan ketakutan (phobia).

Di sisi lain, menghadirkan pemahaman moderasi beragama sebagai solusi, yang sejatinya di balik pemahaman moderasi beragama ada upaya penyerangan nilai dan ajaran-ajaran Islam yang sempurna. Singkatnya, moderasi beragama adalah sekularisasi kehidupan mayoritas muslim, yakni upaya memisahkan peran agama dari kehidupan. Denganya akan tercerabut jati diri umat Islam yang hakiki dan tunduk pada nilai-nilai kebabasan yang dipromosikan Barat.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sejak peledakan Gedung WTC 11 September 2001, AS telah memanfaatkan isu terorisme sebagai bagian dari skenario globalnya untuk melemahkan Islam dan kaum muslimin. Melakukan upaya pemantauan untuk mengetahui peluang dan kekuatan umat Islam.

Jauh sebelum rencana pemetaan masjid diwacanakan, upaya memecah belah umat telah dilakukan secara global, hal ini tertuang dalam dokumen Rand Corporation 2006 bertajuk “Building Moderate Muslim Networks” disebutkan bahwa kemenangan AS yang tertinggi hanya bisa dicapai ketika ideologi Islam terus dicitraburukkan di mata mayoritas penduduk di tempat tinggal mereka. Salah satunya dengan labelisasi “radikal”, “fundamentalis”, “ekstremis”, dll.

Bahkan, mantan presiden AS George W Bush pernah menyebut ideologi Islam sebagai “ideologi para ekstremis”. Demikian juga oleh mantan PM Inggris Tony Blair, ideologi Islam dijuluki sebagai “ideologi setan”. Hal itu ia nyatakan di dalam pidatonya pada Konferensi Kebijakan Nasional Partai Buruh Inggris (2005). Blair lalu menjelaskan ciri-ciri “ideologi setan” yaitu: (1) Menolak legitimasi Israel; (2) Memiliki pemikiran bahwa syariah adalah dasar hukum Islam; (3) Kaum Muslim harus menjadi satu kesatuan dalam naungan Khilafah; (4) Tidak mengadopsi nilai-nilai liberal dari Barat.

Maka, bisa kita katakan bahwa rencana pemetaan masjid yang dikaitkan dengan isu radikalisme, dan tuduhan terhadap ratusan pondok pesantren terkait radikalisme-terorisme, lagi-lagi menampakkan wajah rezim yang pro dengan kepentingan elite global untuk menciptakan Islamophobia, dan menimbulkan dugaan adanya framing negatif dan tidak adil terhadap umat Islam.

Alih-alih hadir negara hadir untuk menciptakan kerukunan dan ketentraman dalam masyarakat, justru dengan adanya klaim-klaim sepihak yang belum terbukti kebenarannya akan melahirkan perpecahan, saling curiga, dan kegaduhan di antara sesama umat.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button