Perang Total Bakal Gagal
Alamat Gagal
Sebagai petahana, Jokowi banyak mendapakan keuntungan. Posisinya sebagai presiden sekaligus calon presiden. Penggunaan sumber daya, aparat, fasilitas dan cover macam-macam kegiatan yang sejatinya dilakukan oleh Presiden sekaligus dinikmati oleh calon presiden. Calon penantang memahami hal ini.
Kalau demikian adanya, mestinya posisi Paslon 01 saat ini berada di atas angin. Seharusnya elektabilitas mereka di atas 70 persen. Namun, nyatanya tidak. Semakin mendekati Pilpres, angka elektabilitas 01 semakin nyungsep. Karena itu, Direktur Polmark Indonesia Eep Saefullah Fatah mengaku tidak heran bila kubu petahana menggaungkan “perang total.”
Eep mengungkapkan, hasil survei lembaganya yang dilakukan di 73 daerah pemilihan (dapil) sejak Oktober 2018 sampai Februari 2019 menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Amin hanya 40,4 persen. Sementara lawannya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meraih 25,8 persen suara.
Meskipun unggul, Eep menyebut posisi petahana belum benar-benar aman. Sebab, perolehannya belum dapat melampaui angka 50 persen. Artinya, kata Eep, pemilih sedang menghukum Jokowi.
“Hukuman ringan adalah belum memilih, sedangkan hukuman beratnya adalah tidak memilih,” ungkap Eep di Surabaya, Selasa (5/3/2019).
Elektabilitas petahana disebut Eep diperparah dengan jumlah 33,8 persen responden yang belum menentukan pilihannya (undecided voters). Selain itu, Eep mengungkapkan dari 40,4 persen suara petahana terdapat 8,9 responden yang menyatakan pilihannya kepada Jokowi masih bisa berubah. “Dari sisi petahana ini sangat menantang sekaligus membahayakan,” ujarnya.
Eep melihat tren survei serupa pernah terjadi pada pemilihan kepala daerah DKI 2012 dan 2017 lalu. Dalam dua Pilkada DKI itu calon petahana tumbang. Eep pun menyebut hal itu bisa saja terulang di pemilihan presiden 2019.
Saat Pilkada DKI 2012 lalu, ketika tren survei mengarah ke pertahana Fauzi Bowo, di akhir nyatanya kemenangan malah diperoleh Jokowi-Ahok. Begitu pula pada 2017, Ahok-Djarot unggul di sejumlah lembaga survei, namun kemenangan malah jatuh ke Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
“Pak Basuki (Ahok) pada 2017 juga menghadapi persolan serupa. Maka dari itu kami tidak heran kenapa petahana mengikrarkan perang total, karena untuk menuju bagian dari pertarungan (17 April mendatang),” kata Eep.