NUIM HIDAYAT

Perdamaian Dunia: Ketenangan Jiwa Pemimpin

Dari mana perdamaian dunia dimulai? Bukan dari perjanjiian-perjanjian. Bukan dari pertemuan-pertemuan tingkat tinggi. Bukan dari perjanjian nuklir antara Amerika, Rusia, Israel dan lain-lain. Bukan dari seringnya pertemuan Biden, Putin, Ji Ping dan lain-lain.

Perdamaian dunia dimulai dari ketenangan jiwa para pemimpin dunia. Pemimpin yang jiwanya tidak tenang, akan mengalirkan ketidaktenangannya ke anak buahnya. Pemimpin yang jiwanya ‘pemarah’, akan selalu mengorbankan perang di sekitarnya. Pemimpin yang jiwanya ‘egois’, ingin selalu dipuja dan tidak mau ada orang di sekitarnya yang menandinginya. Pemimpin yang jiwanya ‘dipengaruhi Iblis’ akan membunuh orang-orang yang menjadi pesaingnya. Pemimpin yang beriiwa Firaun, akan menjadikan dirinya selalu ‘disembah’, kata-katanya tidak boleh ada yang melawannya. Semua harus tunduk padanya, tidak peduli kata-katanya benar atau salah, tidak peduli kata-katanya dapat membawa kematian ribuan atau jutaan orang.

Dalam sejarah manusia, yang berani melawan para pemimpin yang dipengaruhi Iblis atau berjiwa Firaun ini adalah para Nabi. Nabi Ibrahim melawan Raja Namrudz yang kata dan tindakannya bagaikan Tuhan. Ia tidak segan membunuh orang yang mengritiknya. Pemuda Ibrahim yang kritis kepadanya, menentang penyembahan berhala, segera disuruh anak buahnya membakarnya.

Tuhan yang sebenarnya, Allah SWT akhirnya turun tangan menghadapi pemimpin yang zalim itu. Nabi Ibrahim diberi mukjizat api itu menjadi dingin dan beliau tidak terbakar. Bingunglah Namrudz. Akhir cerita, raja yang zalim itu mati terhina, sementara Ibrahim mulia beserta keturunannya.

Raja Firaun di Mesir tampil kelalimannya. Ia takut suatu saat akan ada pria yang menggantikan kedudukannya. Ia ingin menjadi raja seumur hidup. Maka dicari di seantero Mesir, semua anak atau bayi pria harus dibunuh.

Musa kecil diselamatkan ibunya dengan mengalirkannya dalam tempat keranjang ke sungai. Anak buah Firaun tidak mengetahuinya. Sampailah keranjang itu dekat istana dan istri Firaun yang shalih itu menyelamatkannya. Jadilah Musa diasuh di istana.

Ketika dewasa, Musa diberikan wahyu Allah. Saatnya ia terus terang menantang Firaun yang zalim dan suka membunuh (apakah penguasa Mesir dari waktu ke waktu suka membunuhn mewarisi Firaun kita bisa menilainya sendiri). Nabi Musa yang telah diberi mukjizat Allah menantang Firaun.

Firaun mendatangkan orang-orang terhebat dari seluruh Mesir untuk mengalahkan Nabi Musa as. Firaun keok. Orang-orang sekitarnya kalah ilmu dengan Musa. ‘Cendekiawan atau ahli sihir’ mengakui kehebatan Nabi Musa. Mereka berbelok ikut Nabi Musa.

Firaun marah. Kalah kehebatan dan ilmu dengan Nabi Musa, ia ingin menghabisi Nabi Musa. Musa dan para pengikutnya melarikan diri, Firaun terus mengejarnya. Sampailah di laut. Dalam puncak kesulitan pemimpin hebat ini berdoa kepada Allah. Allah menurunkkan mukjizatnya, laut terbelah dan Nabi Musa bersama umatnya selamat mengarungi lautan itu. Firaun dan pengikutnya mati terhina tenggelam dalam lautan itu.

Untuk memberi pelajaran kepada manusia, bahwa Firaun ini adalah simbol pemimpin yang zalim, Allah ‘utuhkan’ jasad Firaun yang menentang Nabi Musa itu. “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus 92).

Bila di Mesir banyak pemimpin yang mengekor tingkah laku Firaun, kita bisa meneropong apakah para pemimpin di dunia ini banyak yang seperti Firaun atau tidak.

Tingkah laku Bush dan kawan-kawannya membantai lebiih dari satu juta orang rakyat Irak, mirip Firaun? Tingkah laku Putin yang menghancurkan Ukraina dan membunuh ribuan orang, mengikuti Firaun? Tingkah laku Xi Jin Ping yang memaksa jutaan orang Islam Xin Jiang ikut program komunis, mengikuti Firaun? Tingkah laku Amerika dan Israel mengadu domba perang di Timur Tengah dan terus menerus membuat penderitaan rakyat Palestina, mengikuti gaya Firaun?

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button