Piala Dunia 2022, Islamofobia, dan Solidaritas pada Qatar
Semua ini, mendatangkan pujian dari publik mancanegara dan bermuara pada reputasi dan citra Qatar di mata publik mancanegara dan Timur Tengah. Qatar dengan demikian berhasil menjadi pemersatu sekaligus trend setter.
Kembali ke serangan pada Qatar. Provokasi ala media Prancis sejatinya hanya menampakkan wajah asli sebagian kalangan di Barat yang tidak bisa move on dari watak Islamophobic-nya.
Semoga kalangan ini sudah membaca temuan Pew Research Center (tahun 2015 dan di-update tahun 2017) yang menempatkan Islam sebagai agama dengan perkembangan paling pesat di dunia.
Pun isu diskriminasi ala “pejuang HAM” LGBTQ juga menampakkan standar ganda. Mereka LGBTQnya diterima atas nama hak asasi, tapi di saat yang sama hak Qatar untuk mempertahankan jati diri keislamannya, termasuk di antaranya anti LGBTQ, tidak diterima. Hey, siapa tamu siapa tuan rumah?
Umat Islam, khususnya kalangan jurnalis, perlu meniru model solidaritas ala Turki. Media nasional Turki, TRT, merilis berita bagaimana Qatar memamerkan mural di area objek wisata terkenal ibukota Qatar, Pearl.
Mural-mural tersebut berisi hadits-hadits Rasulullah Saw. Melalui strategi dakwah ini, para penggemar Piala Dunia dari berbagai penjuru dunia akan bersentuhan dengan pesan-pesan Rasulullah Saw. Berikut terjemahan hadits-hadits tersebut:
“Permudahlah dan jangan mempersulit, dan jadikan suasana yang tenteram, jangan menakut-nakuti.” (HR Muslim)
“Hendaknya yang lebih muda terlebih dahulu memberi salam kepada yang lebih tua. Orang yang berjalan (yang sedang lewat). Hendaknya memberi salam kepada yang duduk. endaknya kelompok yang berjumlah sedikit terlebih dahulu memberi salam kepada kelompok yang jumlahnya banyak.” (HR Bukhari-Muslim)
“Tiada seorang muslim yang menanam pohon atau tumbuhan lalu dimakan oleh seseorang, hewan ternak, atau apapun itu, melainkan ia akan bernilai sedekah bagi penanamnya.” (HR Muslim)
“Kalian akan mendapati seburuk-buruk manusia adalah orang-orang yang bermuka dua. Dia mendatangi kelompok yang ini dengan satu wajah, dan mendatangi kelompok lainnya dengan wajah lain pula.” (HR Bukhari-Muslim)
Azwar Tahir, Alumni Ilmu Sosial Universitas Ankara (Türkiye)
sumber: facebook azwar tahir