NUIM HIDAYAT

Puasa dan Air Kelapa Menyehatkanku

Tiga hari kemarin, saya mengalami sakit perut yang luar biasa. Perut melilit sepanjang malam dan saya sulit tidur.

Di hari kedua saya sakit, saya coba membeli obat. Badan agak enak. Tapi beberapa jam kemudian, perut sakit lagi.

Karena perut sakit, saya hanya makan sekitar tiga biji kurma saja. Perut terus menerus sakit sampai malam kedua. Saya sudah minum tiga butir obat itu tapi perut tidak sembuh.

Di saat itu Alhamdulillah aku ingat hadits Rasulullah bahwa berpuasalah niscaya kamu (shumu tashihhu). Meski hadits ini ada yang mengatakan dhaif, tapi masyhur di kalangan umat dari zaman ke zaman. Dan aku berniat malam kedua sakit itu, besok saya harus berpuasa.

Saya terus terang agak kurang percaya dokter. Karena dokter di Indonesia banyak yang niatnya mengobati hanya untuk dapat uang banyak saja. Nggak semua dokter memang begitu, tapi rumah sakit tempat penampungan dokter praktik, kini menjadi industri yg mahalnya gila-gilaan. Sehingga dimana mana dibedakan antara pasien BPJS dan pasien yang bayar pakai cash.

Nggak semua dokter tentu yang materialistis. Tentu ada dokter-dokter yang ikhlash mengobati dan agar pasiennya sembuh.

Tapi saya punya pengalaman yang kurang mengenakkan terhadap dokter atau rumah sakit. Ada dua teman saya meninggal setelah dirawat dokter atau rumah sakit karena sakit perut. Yang satu umurnya 69 tahun, yang satu umurnya 49 tahun.

Yang umur 69 tahun, sakit waktu puasa Ramadhan. Keluarganya ‘menyuruhnya’ agar meninggalkan puasa dan membawanya ke dokter. Dokter pun memberi obat bermacam-macam.

Sebulan kemudian ia dibawa ke rumah sakit. Ternyata di perutnya banyak cairan yg harus dikeluarkan. Dikeluarkanlah cairan itu. Tapi setelah dikeluarkan cairan satu kantung, tubuhnya tidak sehat, malah parah. Dan beberapa hari kemudian meninggal.

Teman saya yang umur 49 tahun itu, kejadiannya hampir mirip. Sakit perut lebih dari sebulan, dibawa ke rumah, dikeluarkan cairan dalam perutnya sekitar sekantong dan kemudian meninggal.

Teman saya yang terakhir ini sebenarnya sempat ditangani tabib. Dan tabib yang ahli itu, menyuruh menghentikan semua obat kimia dari dokter. Ia ganti dengan madu, gamat dan berbagai minuman herbal. Ia sempat enakan ditangani tabib itu dan saya sempat menjenguknya. Tapi kemudian drop lagi. Kemudian ia dibawa kembali ke dokter meninggalkan tabib itu. Dan akhirnya meninggal dunia.

Urusan wafat atau ajal memang takdir Allah, tapi kita bisa mengambil pelajaran. Bahwa dunia kedokteran saat ini masih bermasalah. Belum bisa memberikan kesehatan yang sebenarnya bagi masyarakat. Kita lihat dalam pandemi Covid-19 kemarin, berapa ribu orang wafat karena dibawa ke rumah sakit.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button